Selasa, 23 Mei 2023

Soedirman : Dari Guru Hingga Menjadi Panglima Besar



sejarah31.com-Siapa yang tidak mengenal Panglima besar Soedirman, tindak tanduknnya sebagai griliawan tidak dapat dipungkiri lagi membangun kekuatan di lereng-lereng gunung Wilis hingga Gunung Kombang untuk melakukan serangan mendadak terhadap iring-iringan Belanda. Walaupun fisiknnya yang ringkih namun pantang baginnya pulang dari medan perang. Tidak banyak orang tahu sebenarnnya pak Dirman adalah seorang guru lulus dari  Meer Uitgebreid Lager Onderwijir (MULO) setingkat SMP pada tahun 1934, Soedirman sempat melanjutkan pendidikan di Hollandsche Indisce Kweekschool (HIK) sekolah guru bantu di Solo, walaupun ia tak menuntaskan sekolahnya pada tingkatan ini dan memilih kembali ke Cilacap namun sedikit banyak telah menuntun Soedirman untuk menjadi seorang Guru. Pendidikan telah mengenalkan banyak hal pada Soedirman Kecil, pada masannya sekolah di MULO soedirman mulai mengenal Nasionalisme, hal ini disebabkan para guru yang mengajar di sana banyak aktif di Organisasi Budi Oetomo.

 Tidak pernah terpikirkan jika dia akan menjadi Panglima Besar, di balik tubuhnnya yang kurus ternyata Soedirman kecil sangat aktif dalam aktivitas kepanduan semenjak masuk sekolah ia telah banyak mengikuti aktivitas organisasi. Organisasi telah melatihnnya dalam hal disiplin, tak hanya itu berkat organisasi ia juga berkenalan dengan banyak orang hebat.

Karirnnya sebagai guru ternyata tidak main-main bahkan dalam waktu singkat ia dapat dengan segera menjadi Kepala Sekolah HIS Muhammadiyah. Mungkin jika Jepang tak datang ke Indonesia kita tidak akan mengenal ia sebagai seorang Jendral tapi pensiunan kepala sekolah Muhammadiyah. Pada tahun 1942-1943 sekolah resmi ditutup dan dijadikan markas dadakan Belanda, untuk menghadang Jepang yang mulai datang.

Sekolah ditutup, tidak memadamkan semangat Soedirman dalam berorganisasi bersama temannya dia mendirikan koperasi yang mereka namai Perkoperasian Bangsa Indonesia (PERBI), untuk menyokong perekonomian masyarakat yang mulai kritis di bawah pendudukan Jepang. Kontribusinnya dalam perkoperasian melambungkan namanya terutama di daerah Cilacap, pengalamannya diorganisasi sejak kecil telah menjadikan Soedirman seorang remaja yang kuat dan peka akan penderitaan rakyatnnya.

Nama Soedirman begitu terkenal di seantero Banyumas sebagai salah satu organisator ulung berkat kiprahnnya diberbagai organisasi yang ia ikuti. Bahkan sang istri Siti Alfiah dikenalnnya melalui organisasi, anak dari pengurus Muhammadiyah Cilacap ini kelak akan mendampingi Soedirman dalam segala kondisi suka maupun duka.

Bekalnnya ketika menjadi guru telah menjadikan Soedirman sebagai Jendral yang di cintai para Prajuritnnya sosoknnya yang ramah namun tegas dalam mengambil tindakan menjadikan Soedirman seorang yang kuat dan teguh pada pendiriannya.


Guru yang menjelma menjadi panglima

Organisasi koperasi yang ia bentuk bersama kawan-kawannya telah membesarkan namannya, Jepang yang saat itu telah datang ke Indonesia melihat gelagat Soedirman sebagai salah satu orang berpotensi untuk melancarkan semua kegiatan yang di rencanakan akhirnnya jepang mengangkat Soedirman sebagai anggota Syu Sangkai  atau Dewan Pertimbangan Keresidenan Cilacap.

Bagi Soedirman Belanda maupun Jepang pada dasarnnya sama datang dengan kekuatan untuk menjajah. Ketika itu Soedirman di tugasi untuk menagih hasil panen rakyat, tapi Soedirman selalu kembali dengan tangan kosong ketika menghadap tentara Jepang. Rasa cintannya pada rakyat kecil telah ia buktikan dengan keberaniannya memihak rakyat kecil agar tidak memberikan hasil taninnya jika keluarga mereka lebih membutuhkan.

Pembangkangan yang dilakukan Soedirman ternyata telah menggangu kegiatan Dai Nippon. Selanjutnnya Soedirman dikirim ke Bogor pada 1943 untuk mengikuti pendidikan calon Daidancho.  Dari sinilah Soedirman yang tadinnya guru dan organisator memulai karirnya dalam hal kemiliteran.

Sebelum Soedirman memutuskan menjadi bagian Daidancho sebenarnnya ia pesimis kerena kakinnya pernah terkilir, juga matannya yang kurang baik, namun setelah ia meyakinkan semua keluarga maka Soedirman siap mengikuti kegiatan militer. Bekalnnya di PETA membuatnnya dikenal dikalangan Militer, terutama di daerah jawa semua itu berkat kecakapannya dan kharismannya.

Soedirman merupakan lelaki yang cukup beruntung,walaupun pangkatnnya waktu itu hanya Kolonel, namun pria eks PETA ini cukup dikenal sehingga mendapatkan dukungan dari banyak anggota eks PETA. TKR yang dibentuk oleh pemerintah pada 5 Oktober 1945 sebenarnnya telah memiliki panglima besar yang di tunjuk langsung oleh Presiden Soekarno yaitu Soeprijadi. Namun Soeprijadi menghilang sejak pemberontakan di Blitar Mei 1945, hingga TKR memutuskan untuk kembali memilih panglima besar sebagai komandan tertinggi.

Pada 8 Desember 1945 Soedirman diangkat menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat sebagai cikal baka Tentara Nasional Indonesia nantinya. Pak Dirman yang dulunnya hanya Guru kini telah menjelma menjadi seorang Panglima Besar, kiprahnnya tidak diragukan lagi taktik griliyannya sangat membuat Belanda kewalahan.

Sosok guru yang bersahaja seperti Soedirman dapat berubah seketika menjadi ahli stategi ketika bangsa ini membutuhkannya, demi kemerdekaan yang utuh ia korbankan semua kenyamanan dan memilih memasuki hutan, hingga akhir hayatnnya Soedirman dikenal Sebagai Panglima Besar.

Ketika itu bisa saja Soedirman memilih menjadi guru namun hatinnya berkata lain. Penjajahan ini hanya akan berakhir jika menghadapi perlawanan yang seimbang, semua kenyamanan yang ia miliki ia tanggalkan hutan bukan hanya tempat menyusun strategi tapi menjadi rumah keduannya untuk merebut kemerdekaan yang seutuhnnya. Sosok panglima besar bersahaja itu adalah seorang guru.


Kontributor:Wawan Hermawan


Sumber:

Tulisan Artikel ini bersumber dari Buku Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir Yang Disusun Oleh Tempo dalam seri buku: Tokoh Militer.

Senin, 22 Mei 2023

KERJA KELOMPOK PRESENTASI BERSAMA REKAN MAYA

 sejarah31.com- Perkembangan tehnologi sudah mengikis jarak satu dengan lainnya, sebagai tenaga pendidik dalam membuat penugasan biasanya meminta pesertadidik mempresentasikan hasil kerjanya. Namun dalam penugasaannya ada saja kendala seperti satu atau dua kelompok tidak bisa hadir karena alasan tertentu akhirnya pembuatan presentasi kelompok ini hanya bertumpu pada satu atau dua orang kelompok sisanya dan saat presentasi mereka jugalah yang harus menjelaskan presentasi tersebut.

Kini proses pembuatan presentasi sudah bisa dilakukan walaupun tidak dalam satu tempat yang sama, sehingga pembagian kerja saat akan presentasi bisa sama-sama dipahami betul dan tidak ada lagi alasan sedang berada di luar kota karena pengerjaanya bisa menggunakan gawai, beberapa platform seperti Canva bisa digunakan untuk membuat presentasi di ruang maya, Namun kali ini penulis akan mengajak pembaca memanfaatkan akun google  yang di dalamnya sudah tersedia pembuat presentasi yaitu SLIDE.

  • Buka akun google - cari slide (slide ini akan lebih familiar di Indonesia karena terbiasa dengan aplikasi Power Point)


  • sekarang mulai, jika ada template yang menurutmu sesuai untuk presentasi kamu bisa menggunakannya tapi jika tidak ada kamu bisa memulainya dengan lembar kerja kosong.
  • Jika kamu sudah terlanjur membuatnya di power point dan ingin temanmu juga mengerjakannya maka kamu tinggal menguploadnya ke google drive pribadimu-buka presentasi tersebut maka otomatis ia akan berada di slide.
  • jika kamu sudah ada dilembar kerjamu sekarang saatnya membagikan.


  • Pastikan Akses umum di rubah agar orang lain dapat ikut bekerja

  • Kemudian agar temanmu bisa bekerja maka pada bagian kanan pelihat di rubah menjadi Editor

  • sekarang kamu bisa membagikan link tersebut atau Memasukan email teman-temanmu secara langsung pada bagian tambahkan grup.
Sekarang dimanapun temanmu berada ia bisa mengerjakan tugasnya dan mempresentasikan bagiannya saat presentasi.


Minggu, 21 Mei 2023

Pembuatan Infografis Menggunakan CANVA Sejarah Kelas XI (SMA Muhammadiyah Cibiuk)

 sejarah31.com- kali ini kontributor ingin berbagi terkait pembelajaran sejarah peminatan untuk kelas XI pembuatan Infografis menggunakan Canva. Baik RPP, Presentasi materi dan LKPD sudah ada di dalammnya. Materi kali ini Respon Bangsa Indonesia terhadap Imperialisme dan kolonialisme.


Pengerjaan tugas ini dibuat secara berkelompok, dalam satu lembar kerja yang sudah disiapkan jadi pengajar hanya perlu menambahkan Email peserta didik pada setiap lembar kerja sehingga mereka bisa mengerjakannya dimanapun dan bisa menggunakan HP selama mereka memiliki kuota.

 Selamat ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi)




Contoh Hasil
















GURU KAUM PROLETAR : TAN MALAKA

sejarah31.com-Menjadi seorang guru merupakan salah satu cita-cita mulia dikalangan generasi penerus bangsa. Sosok guru selalu menjadi inspirasi bagi banyak orang bahkan ada pepatah yang popular di kalangan masyarakat Indonesia mengenai sosok guru, guru kencing berdiri murid kencing berlari. Hal tadi menandakan betapa pentingnya guru dalam tatanan kehidupan pepatah tadi berarti hal buruk yang dilakukan oleh seorang guru akan berimbas pada peserta didiknya lebih. Profesi ini juga tidak kalah penting dengan profesi lainnya, lahirnya orang-orang terpelajar pada semua lini sedikit banyaknya dibentuk oleh guru semasa mereka mengenyam pendidikan. Pada masa kolinialisme ada satu guru yang tegak konsisten dalam perjuanganya mengenai pendidikan kaum proletar ia adalah Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka atau kita kenal dengan nama Tan Malaka tidak hanya memiliki dasar pendidikan sebagai seorang guru Tan Malaka juga Seorang Aktivis Kemerdekaan Indonesia, dengan haluan kiri.

Kepandaian Tan Malaka telah terlihat oleh sang guru Horensma hingga ia menyarankan agar Tan Malaka menjadi guru bagi sekolah Belanda.Tidak hanya pintar dalam pelajaran ternyata Ia juga piawai dalam mengolah si kulit bundar.

Pada tahun 1913 Tan Malaka lulus di sekolah guru, bersamaan dengan itu  sebagai pemuda minang dengan tradisi dan budaya yang kuat Tan Muda menerima gelar datuk, ia menerima gelar tersebut dalam upacara tradisional. Setelah Pristiwa tadi Tan harus memikirkan keberlanjutan hidupnya antara diam dan menjadi seorang bangsawan yang mengurusi desa atau melanjutkan studi untuk menuntaskan mencari jalan bebas dari Kolonialisme, akhirnya pilihan Tan jatuh kepada melanjutkan pendidikan. Berkat jasa guru yang menyayanginya Tan Malaka melanjutkan studinya ke Belanda negeri yang telah menjajah Negara berpuluh-puluh tahun.

Sang Guru Horensema menaruh harapan besar pada Tan Malaka untuk berhasil meraih Ijajah guru mengingat muridnya yang satu ini dikenal Cerdas. Sesampainya di Belanda banyak hal yang membuat Tan Malaka harus bekerja keras dalam belajar, bukan hanya menyesuaikan diri dengan pelajaran-pelajaran baru yang tidak di dapat ketika ia belajar di Indonesia, iklim dan makanan juga menjadi salah satu penghabat mengejar ketertinggalanya tersebut. Pengalaman pahit itu banyak ia ceritakan dalam tulisannya Dari Penjara Ke Penjara. Bahkan Tan Malaka harus mengalami sakit hingga mengakibatkan ia susah untuk berjalan karena sakitnya ini lah Tan Malaka harus bersusah payah meraih gelar gurunya.

Pengalaman belajar Tan Malaka Di Belanda telah sedikit banyak membentuk karakter hidupnya. Ketika Tan Malaka tinggal di Herleem ia banyak sekali melihat kaum proletar atau orang-orang kelas dua hidup dalam kesehariannya namun karena iklim yang tidak bersahabat di sana akhirnya Tan Malaka harus berpinda ke Bussum. Perbedaan situasi yang begitu mencolok dikedua tempat tersebut. Perbedaan antara kaum kapitalis dan juga proletar telah membagi dunia kedalam dua bagian tadi. Atas dasar ketimpangan ekonomi yang terjadi di negeri Belanda, dari ketimpangan yang terjadi di antara kedua golongan ini maka munculah gerakan revolusi sosialisme dalam membalikan sejarah.  Saat Revolusi Bolsyewik di Uni Soviet meletus, Tan Malaka sedang berada di kota borjuis Bussum. Revolusi Bolsyewik memberikan keyakinan bahwa sejarah sedang bergerak menuju masyarakat sosialis.

Tidak hanya disibukan dengan urusan belajar, selama di Belanda ternyata Tan Malaka juga sibuk dengan organisasi-organisasi sosialisme. Dengan pengaruh ideology yang di serapnya, maka munculah gagasan dalam dirinya soal cita-cita kemerdekaan Indonesia bahwa hanya dengan jalan revolusi, bangsa Indonesia dapat lepas dari cengkeraman Koloniaisme Belanda. Menjadi sebuah pelajaran penting bagi siapa saja yang ingin tahu mengenai sepak terjang Tan Malaka, sebagai seorang pelajar ia tidak hanya memikirkan tentang kelulusan serta ijajahnya walaupun statusnya sebagai pelajar namun pemikirannya telah ia gembalakan begitu jauh untuk Negara Indonesia. Tidak hanya buah dari pikiranya Tan Malaka juga terus berkeliling untuk melihat proses bergeraknya Revolusi agar dapat di wujudkan kemudian di negaranya.

Sebagai calon guru Tan Malaka tentunya harus memiliki wawasan luas agar kelak ketika ia kembali semangat bebas dari Kolonialisme dapat ia tularkan pada anak didiknya. Setelah Lulus pada tahun 1919 akhirnya Tan Malaka kembali ke Indonesia tepatnya di Sumatera timur. Disinilah ia untuk pertama kalinya memberikan napas revolusi pada rakyat Indonesia.

Pendidikan ala Tan

Pada masa-masa kolonialisme Indonesia terbagi pada beberapa golongan dalam strata kapitalisme. Strata tertinggi di duduki oleh golongan pemilik modal perkebunan berdarah eropa, orang-orang pribumi kebanyakan hanya sebagai buruh perkebunan dengan gajih sangat memprihatinkan. Mereka golongan proletar hanya menjadi alat pengeruk kekayaan bagi para pemilik modal. Keadaan ini tidak hanya terjadi di Negara Indonesia namun hampir diseluruh daratan asia. Pada tahun 1920 Tan Malaka ditawari oleh Dr.C.W Janssen Untuk Mengajar anak-anak buruh perkebunan teh di sanemba Tanjung Morawa Deli. Disinilah karir Tan Malaka Sebagai Guru Di mulai, ia memiliki semboyan mengenai apa itu menjadi guru baginya mengajar Anak-anak Indonesia adalah tugas tersuci dan terpenting. Tidak hanya mengajar pada masa itu Tan Malaka banyak menulis mengenai keadaan buruh baik ia tulis untuk catatan pribadinya ataupun menulis untuk media massa tulisan-tulisannya banyak menyinggung tentang perbedaan yang sangat mencolok antara kaum buruh dan kaum kapitalisme.

Sebagai seorang guru yang juga memiliki cita-cita tentang kemerdekaan bangsanya, Tan Malaka melihat betapa perlunya pendidikan bagi kaum pribumi, hal ini untuk mempertajam kecerdasan, dam memperkukuh kemauan dan memperhalus perasaan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai guru Tan Malaka tidak hanya menanamkan kecerdasan yang bersifat Kognitif, kecerdasan dalam hal psikomotorik juga perlu di kembangkan agar kelak kaum buruh lebih terampil dalam mengurusi kehidupan mereka dan tidak berpangku pada satu penghasilan saja.

Perjuangannya dalam hal pendidikan tidak hanya ia tuangakan di bangku pembelajaran semangatnya ini selalu ia bawa dalam pertemuan-pertemuan penting dan juga dalam setiap pidatonya. Tan Malaka sangat menentang praktik kebarat-baratan yang dilakukan oleh segelitir pribumi padahal di sisi lain orang-orang Indonesia masih banyak membutuhkan perhatian lebih, hal itu ia ungkapkan secara tegas pada rapat buruh di Semarang, ungkapan itu didasari oleh tindakan para atasan perkebunan mengenai pendidikan untuk anak buruh perkebunan hanya membuang-buang waktu dan anggaran. Bagi kaum elit Belanda anak-anak kuli nantinya hanya akan mengikuti jejak bapaknya jadi percuma saja banyak mengenal huruf jika kelak yang mereka lakukan hanya mencangkul dan menanam. Taktik ini juga digunakan agar mereka dapat membayar para buruh perkebunan dengan harga murah.

Pengalamanya di Delli ini kemudian membentuk semangat ptriotisme dalam dalam melawan penjajah. Dalam benaknya pendidikan yang ia perjuangkan semata-mata mengenai Rakyat, bukan pendidikan kaum borjuis. Kaum buruh menjadi dasar idealismenya dalam hal pendidikan, hal ini terus ia pegang teguh selama ia berjuang sejak menjadi guru di delli hingga ia mendirikan sekolah Sarekat Islam.

Semangat yang telah Tan Malaka ajarkan pada masa menjadi bukti bagaiman ruang-ruang pendidikan begitu sedikit terutama bagi kaum buruh. Pandangan luas mengenai pendidikan tentunya harus diterima oleh setiap manusia di muka bumi ini. Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Tan Malaka tidak boleh berhenti begitu saja, agar tidak terjadi kesewenang-wenangan pada garis bawah kehidupan. Peran guru juga harus menjadi sentral dalam menangkal semua kemungkinan buruk yang terjadi di masyarakat Indonesia. Tawaran pendidikan bukan hanya mengenai kecerdasaan secara intelektual namun juga harus menekankan perubahan emosinal kearah yang lebih baik serta kemandirian dari keterampilan yang dimiliki masing masing personal.

Arah tujuan pendidikan tentunya harus benar-benar di pahami agar dikemudian hari tidak ada tuntutan tentang hasil pendidikan yang hanya berorientasi pada materi semata. Pendidikan tidak harus merubah semua manusia menjadi kaum borjuis tetapi harus mampu memenuhi kebutuhan setiap manusia pada setiap golongan. Tan Malaka telah memberikan banyak pelajaran tentang apa yang ia lakukan bukan untuk menjadikan manusia tamak akan kekuasaan tetapi sadar akan kebutuhan secara personal.

Kontributor : Wawan Hermawan

Sumber

Badruddin. (2014). Kisah Tan Malaka Dari Balik Penjara Dan Pengasingan. Yogyakarta: Araska.

Malaka, T. (2013). Islam Dalam MANDILOG. Bandung: Sega Arsy.

Santosa, K. O. (2016). Tan Malaka Dan Sjahrir Dalam Kemelut Sejarah. Bandung: Sega Arsy.