Sejarah mencatat beberapa kali perlawanan gigih rakyat Banten terhadap kekuatan kolonial. Pada abad ke-17, Kesultanan Banten menjadi salah satu kekuatan maritim dan perdagangan yang disegani. Namun, ambisi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) untuk memonopoli perdagangan di wilayah Nusantara membawa mereka berkonflik dengan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa, dengan dukungan penuh rakyatnya, melakukan perlawanan sengit untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran Banten. Perlawanan ini tidak hanya melibatkan para bangsawan dan prajurit, tetapi juga partisipasi aktif dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk para petani dan pedagang yang merasakan dampak buruk dari kebijakan VOC.
Semangat perlawanan rakyat Banten kala itu didorong oleh rasa keadilan dan penolakan terhadap eksploitasi. Mereka berjuang untuk mempertahankan hak atas sumber daya alam mereka dan menolak dominasi asing yang merugikan. Nilai-nilai inilah yang sejatinya juga menjadi inti dari perjuangan kaum buruh. Hari Buruh menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas, keberanian untuk menyuarakan ketidakadilan, dan tekad untuk meraih kondisi kerja yang layak dan adil.
Jika kita menelisik lebih dalam, perjuangan buruh modern di Indonesia memiliki benang merah dengan semangat perlawanan rakyat Banten. Keduanya sama-sama berakar pada penolakan terhadap penindasan dan eksploitasi. Para buruh berjuang untuk hak-hak mereka, seperti upah yang layak, jam kerja yang manusiawi, dan kondisi kerja yang aman. Mereka menuntut pengakuan atas kontribusi mereka terhadap pembangunan bangsa dan menolak untuk diperlakukan sebagai sekadar alat produksi tanpa martabat.
Belajar dari sejarah Perlawanan Rakyat Banten, kaum buruh dapat memetik pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan dan kegigihan. Sultan Ageng Tirtayasa mampu menggerakkan seluruh elemen masyarakat Banten untuk bersatu melawan penjajah. Demikian pula, kekuatan buruh terletak pada solidaritas dan kemampuan mereka untuk bersatu dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh rakyat Banten dalam menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar dapat menjadi inspirasi bagi kaum buruh untuk terus berjuang meskipun menghadapi tantangan yang berat.
Hari Buruh bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjalanan panjang perjuangan kelas pekerja. Mengaitkannya dengan semangat Perlawanan Rakyat Banten memberikan dimensi sejarah yang lebih dalam dan mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan telah menjadi bagian dari DNA bangsa ini sejak lama. Semangat pantang menyerah dan persatuan yang ditunjukkan oleh rakyat Banten ratusan tahun lalu, relevan dan terus menginspirasi perjuangan kaum buruh Indonesia masa kini dalam meraih kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.
Sumber:
Djajadiningrat, Hoesein. Banten Seabad XVII: Kajian Sejarah Sosial-Ekonomi Indonesia Periode Awal. Jakarta: Komunitas Bambu, 2011.
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008.
Berbagai artikel dan catatan sejarah mengenai Perlawanan Rakyat Banten dan Hari Buruh.
0 comments: