Sabtu, 07 Desember 2024

Surat Cinta Fasilitator : Wawan Hermawan

 


Bissmillah, Salam dan Bahagia 😀

Salam di awal tadi mungkin akan jarang terdengar seusai hari ini 07 Desember 2024, namun akan menjadi salam yang saya rindukan, salam yang selalu saya bawa setiap kali memfasilitasi bapak/ibu dalam kegiatan diskusi daring selama di ruang kolaborasi. 

Lima bulan kebelakang kita mulai menjajaki pribadi satu dengan lainnya, sampai puncaknya hari ini saya berjumpa dengan bapak ibu pada panen karya. Program yang selama ini kita diskusikan dalam ruang kolaborasi telah bapak/ibu pamerkan ke khalayak, rasa bangga tentunya menyelimut dalam diri saya tak kala saya mengingat proses membersamai bapak ibu dengan segala rutinitasnya. 

Saya ucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada ibu pengajar praktik yang telah membersamai seluruh prosesnya baik di lapangan juga ruang maya. Peran ibu sebagai teman belajar telah berhasil membawa CGP hingga hari ini.

Setelah hari ini bapak/ibu akan melanjutkan aktifitas sebagai mana biasanya, memulai hal baru dengan ide dan gagasan yang juga terus hebat. Sebagai teman belajar di dunia maya, bapak/ibu saya titip pesan semoga program ini bukan hanya program ceremonial belaka, tapi menebalkan proses ke arah lebih baik serta bermanfaat bagi banyak orang, tidak perlu tergesa-gesa kita tidak sedang membangun rumah kita sedang membangun peradaban.

Semoga silaturahmi kita tetap terjaga, sampai jumpa pada episode hidup kita yang lainnya.😊

Garut, 07 Desember 2024




Kamis, 26 September 2024

Pembelajaran Berdiferensiasi : Memanfaatkan Museum Virtual dan Google Art and Culture dalam pembelajaran Sejarah

 Memanfaatkan Museum Virtual dan Google Art and Culture dalam pembelajaran Sejarah

Oleh : Wawan Hermawan



Era digital telah membawa banyak perubahan signifikan dalam cara kita mengakses informasi. Teknologi semakin canggih dan memungkinkan kita menjelajahi dunia tanpa batas, termasuk dunia sejarah.

Letak geografis SMAN 23 Garut yang jauh dari kota besar tidak memungkin bagi para peserta didik untuk mengunjungi museum secara langsung. Museum sendiri bagian penting dalam proses belajar Sejarah. Karena bagian dari rekam jejak Sejarah yang secara sistematis tersimpan rapih.


Munculnya teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) memungkinkan kita menciptakan pengalaman mengunjungi museum secara virtual, selain menambah minat juga memupuk rasa kepenasaran para peserta didik serta mengembangkan wawasan global bagi para peserta didik walaupun tinggal di daerah yang jauh namun wawasan global ini harus tetap ditumbuhkan agar mampu bersaing dalam dunia kerja kedepan.

Selain VR Platform Google Art and Culture ini menjadi salah satu pionir dalam menghadirkan museum-museum dunia secara virtual. Dengan fitur-fitur yang interaktif, pengguna dapat menjelajahi koleksi museum, membaca penjelasan, dan bahkan mencari foto-foto dokumentasi Sejarah yang jarang ditemui dalam buku lengkap dengan penjelasannya.

Kegiatan ini juga diberikan untuk menjawab Apakah penggunaan museum virtual dapat meningkatkan Minat belajar sejarah siswa kelas X di SMAN 23 Garut? Apa saja best praktik dalam penggunaan museum virtual dalam pembelajaran sejarah?

Selanjutnya harapannya peserta didik mampu Menganalisis pengaruh penggunaan museum virtual terhadap Minat belajar Sejarah, serta Literasi digital siswa, Meningkatkan wawasan global melalui kunjungan museum virtual dan google art and Culture.

alur belajar dapat di lihat pada laman berikut :











Jumat, 09 Agustus 2024

Desiminasi Budaya Positif (Berbagi Pengetahuan Berkaitan Budaya Positif)

Budaya Positif merupakan materi pamungkas pada modul 1, Beberapa waktu lalu saya berbagi terkait pemahaman modul Guru penggerak. Moda daring saya ambil untuk berbagi agar dapat menjangkau lebih jauh lagi sehingga Konsep merdeka belajar dan budaya positif bisa segera meluas. Komunitas Belajar Sekolah yang baru beberapa hari dibentuk menjadi media perantara tujuannya memulai diskusi diruang virtual tanpa batasan ruang sehingga lebih fleksibel. Tahapan desiminasi dimulai dengan memaparkan materi dan juga pemahaman berkaitan budaya positif, kemudian memulai dengan proses memantik peerta dengan pemahaman mereka mengenai gambar yang disuguhkan yaitu gambar dua binatang sirkus dan 1 pelatih harapannya peserta terpantik untuk berpikir mengenai pendidikan yang hanya menekankan kepatuhan tanpa mementingkan kebiasaan hewan, tentunya dengan artikel penunjang.

Kemudian memberikan pemahaman tentang miskonsepsi teori kontrol menurut dari Dr. William Glasser dalam Control Theory, Selanjutnya memaknai kata Disiplin dari berbagai sudut pandang peserta yang hadir dilanjutkan dengan memaparkan disiplin menurut Diane Gossen yang ia kutip dalam pengertian bahasa yaitu belajar.

Disiplin dalam budaya positif juga harus menyesuaikan dengan Nilai-nilai kebajikan universal, pada umumnya Nilai kebajika Universal sama namun beberapa memiliki situasi lebih kuat dalam kebudayaan lingkungan seseorang, dunia pendidikan kita menyepakati nilai-nilai kebajikan universal tertuang dalam profil pelajar pancasila, tidak sampai disitu saya juga membandingkan dengan nilai kebajikan yang diyakini oleh organisasi atau kelompok lain seperti Indonesian Heritage Fondation.

Dalam menciptakan disiplin positif tentunya perlu juga memahami apa yang memotivasi sesorang melakukan tindakan-tindakan disiplin tersebut apakah hal ini berdasarkan motivasi eksternal atau Internal, hal ini digunakan untuk diagnosis awal sehingga tindakan dalam melakukan disiplin positif berdasar dari nilai luhur pekertinya tanpa paksaan dari luar.

Hukuman, Konsekwensi dan Restitusi untuk memahami ini saya menyuguhkan tabel agar lebih mudah  melihat identitas yang akan dihasilkan ketika menggunakan ke tiga cara tersebut. Hukuman bersifat sepihak sedangkan konsekwensi telah melalui kesepakatan dua belah pihak sedangakan restitusi upaya dalam memunculkan identitas positif pada seseorang. tahapan selanjutnya dapat dilihat dari pemaparan presentasi yang saya buat


Salinan dari deseminasi - Modul 1.4 budaya positif oleh WAWAN HERMAWAN

Sabtu, 10 Februari 2024

Penerapan Model Pembelajaran Gallery Walk Pada Pembelajran Sejarah

     Model pembelajaran merupakan pola yang dibuat oleh seorang pendidik agar kegiatan pembelajaran yang dilakukannya dapat berjalan sesuai rencana yang telah dituliskan sebelumnya dengan pertimbangan hasil evaluasi yang juga sesuai. Menurut Ismail Sukardi menyatakan bahwa model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa. Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengeksplorasi pengalaman belajar efektif, pengalaman belajar yang memungkinkan siswa atau seseorang mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah lingkungan belajarnya.

    Kali ini penulis ingin berbagi pengalaman terkait model pembelajaran Gallery Walk, serta penerapannya dalam pembelajaran sejarah, model pembelajaran ini sudah lama ada  Model Gallery Walk dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Model ini baik digunakan untuk membangun kerja sama kelompok (Cooperative Learning) dan saling memberi apresiasi dan koreksi. Model pembelajaran ini sedang populer saat ini karena digunakan juga dalam pembelajaran guru penggerak.

    Selanjutnya mari kita mulai menyusun pembelajaran gallery walk pada pembelajaran sejarah tema kita kali ini dampak Imperialisme dan kolonialisma bagi bangsa Indonesia Pembelajaran kelas XI Peminatan pada kurikulum 2013 (Tema dapat disesuaikan sesuai kebutuhan).

Proses Pembuatan Karya

    Tahap pertama Guru memberikan penjelasan terlebih dulu mengenai perbedaan Kolonialisme dan imperialisme serta sebab umum terjadinya imperialisme dan kolonialisme sampai ke Indonesia, kemudian peserta didik dibagi kedalam 4 kelompok besar dan membahas tema dengan poin masing-masing. Contoh :

Tema Dampak Imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa Indoneisa dalam bidang ekonomi

Media kali ini yaitu menggunakan kalender bekas (ini bertujuan mengurai biaya pembuatan agar tidak membeli karton) Semua Informasi berkaitan tema tersebut dapat dibuat semenarik mungkin adapun rubrik yang dinilai pada kegiatan ini sebagai berikut : 

Kriteria Penilaian:

1. Ketepatan Tema (20 poin):

   - Sejauh mana kelompok menggambarkan dan menjelaskan dampak kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.

   - Kejelasan pemahaman terhadap perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan.

2. Kreativitas dan Inovasi (20 poin):

   - Sejauh mana kelompok mampu menyajikan ide dan informasi dengan cara yang kreatif.

   - Kesinambungan dan originalitas dalam konsep karya.

3. Ketelitian dan Kedalaman Analisis (20 poin):

   - Kemampuan kelompok untuk menganalisis dampak kolonialisme dan imperialisme secara mendalam.

   - Kedalaman pemahaman terhadap perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia.

4. Kualitas Presentasi (20 poin):

   - Keteraturan dan kelancaran presentasi selama galeri walk.

   - Penguasaan materi dan kemampuan menjelaskan dengan jelas.

5. Interaksi dengan Pengunjung (15 poin):

   - Kemampuan kelompok dalam menjawab pertanyaan dan berinteraksi dengan pengunjung galeri walk.

   - Kesigapan dalam memberikan informasi tambahan dan menjelaskan dengan rinci.

6. Estetika dan Keindahan Visual (15 poin):

   - Penggunaan media visual yang estetis dan mendukung konsep karya.

   - Kejelasan pesan yang disampaikan melalui elemen visual.

Skor Total: 110 poin

Keterangan Tambahan:

- Skor dapat dikurangkan jika ada plagiarisme atau penggunaan materi tanpa atribusi.

- Kebersamaan dan kontribusi setiap anggota kelompok akan diperhatikan.

- Poin tambahan dapat diberikan jika kelompok mampu mengaitkan dampak kolonialisme dan imperialisme dengan kondisi Indonesia saat ini.

Catatan Penting:

Pastikan setiap anggota kelompok memahami dan mampu menjelaskan aspek yang menjadi tanggung jawabnya. Kebersamaan dalam mempersiapkan dan menyajikan karya adalah kunci kesuksesan kelompok.

Semua Aspek ini perlu di impormasikan sebelum proses di mulai, setelah peserta didik memahami betul bagian-bagian ini maka guru siap untuk menjelaskan langkah berikutnya.

Proses Memilah Informasi dan Menuangkan dalam Media

Kelas akan dijadikan ruang gallery dimana setiap kelompok akan diberikan lembar pengamatan kelompok lain, sebagai bahan diskusi pada kelompoknya kemudian anggota kelompok menyiapkan pemapar karya 2 orang untuk menjelaskan hasil karyanya pada mengunjung.


Setelah itu peserta didik dibebaskan untuk menghias hasil karyanya tanpa meninggalkan esensi materinya. Jika proses membuat karya sudah selesai makan pertemuan berikutnya Gallery siap di buka peserta didik memamerkan karyanya pengunjung dibekali dengan lembar kerja contoh lembar kerja dapat di lihat pada bagian bawah




Terimakasih semoga menginspirasi 😀
Kontributor : Wawan Hermawan

Daftar Bacaan :

Ismail Sukardi, Model-Model Pembelajaran Moderen, (Yogyakarta: Tunas Gemilang Press, 2013)

Miftahul Huda, Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014),