Selasa, 06 Juni 2023

Tulang Punggung

sejarah31.com- 23 Juli 2022 hari kedua mengajar di sekolah setelah libur panjang, pada awal-awal pembelajaran saya biasanya melakukan sesi wawancara dengan pesertadidik, namun tidak secara keseluruhan saya lakukan wawancara biasanya sample atau mereka yang memiliki prilaku secara kasat mata cukup super tentunya jika dilihat dari sudut pandang orang dewasa. Hal ini bertujuan untuk mendiagnosis dan menemukan obat yang tentunya baik. 

Wawancara kali ini tema nya tentang melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, awalnya tentu saya melontarkan pertanyaan ini secara umum untuk melihat respon secara acak. Dari 20 siswa hanya ada 1 orang yang berencana untuk kuliah, sebenarnya lingkungan di sini memang belum sampai situ pernah ditahun kemarin saya bertanya perihal yang sama pada peserta didik ada respon yang sangat mendasar menganggambarkan tentang lingkungannya, jawaban sederhana itu adalah, karena mereka yang kuliah lebih banyak menganggur dan tidak kerja. 

Ternyata masih banyak peserta didik saya yang beranggapan jika sekolah akan berkorelasi dengan penghasilan. Selanjutnya saya coba menjelaskan tentang bagaimana sekolah sebenarnya membangun lingkungan jadi bersekolah itu bukan untuk pribadi tapi untuk lingkungan sekitar lingkungan yang kuat tentunya kumpulan dari banyak pribadi yang terpelajar dan menganggur tidak ada kaitanya dengan sekolah, entah mengerti atau tidak tetapi rasa-rasanya saya harus menyampaikan ini pada mereka.


Kembali pada kelas tadi, 1 orang yang ingin kuliah ok lebih baik dari pada tidak ada sama sekali, namun yang mencuri perhatian adalah peserta didik perempuan yang berinisial "ST" anak ini telah mencuri perhatian saya semenjak pertama kali jumpa di kelas X karena kecerdasannya cukup baik ketimbang temannya, namun masuknya ST ke sekolah juga membawa kisah cukup aneh, ST ini adalah seorang siswi yang cerdas bahkan menjadi murid teladan semasa SMP, namun impiannya masuk sekolah Negeri terkubur karena tertinggal informasi dan ketidak tahuan orang tua, begitupun saat tahun berikutnya pupus sudah impian di sekolah negeri. Cerita dari orangtunya ST ini semakin sering menyendiri tetapi sendirinya dia tidak terlepas dari bacaan, baik koran ataupun buku paket, ibunya sempat bingung, akhirnya berkonsultasi dengan sekolah tempat saya mengajar ST masuk pertengahan semester satu.

Desas desus tentang kecerdasannya tidak diragukan lagi di kantor semua membicarakannya namun semua pengajar bingung bagaimana berkomunikasi dengannya, karena ia hanya akan menjawab saat diberikan pertanyaan dan mengangguk jika jawaban itu hanya ya atau tidak, saat diskusi ia lebih sering dibelakang layar dan membantu menjawab pertanyaan yang di tujukan pada kelompoknya di atas kertas ST ini memang tidak diragukan cemerlang. Sekarang ST sudah kelas XII belum ada satupun guru yang tahu ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau menjadi masyarakat pada umumnya. Hari itu saya mencoba melakukan wawancara dengan ST.

"Nak apa rencana kamu setelah lulus dari sekolah ini?"

"Kemungkinan saya akan bekerja, karena saya adalah tulang punggung, anak paling besar di keluarga." Keputusan ini sebenarnya hak dari ST namun jawaban ini juga belum sepenuhnya utuh karena saya masih melihat ada yang di sembunyikan oleh ST. 

"Oh Sudah Kuat?"

"Maksudnya Pak kuat Bagaimana?"

"Menjadi tulang punggung? kalo belum kuat nanti bengkok lebih lagi patah hehe," senyum di akhir mencoba mencairkan suasana perbincangan kami, karena ST masih dingin menanggapi pertanyaan saya. setelah itu barulah ST bercerita tentang rencana sesungguhnya. Dalam benaknya ST masih bermimpi untuk Kuliah bahkan ia mengeluarkan kalimat yang membuat saya cukup terkejut,

"Untuk apa saya juara satu bahkan Juara umum jika pada akhirnya saya tidak sekolah." ungkapan ini menggambarkan jika ST memiliki mimpi yang lebih jauh namun dibuat kerdil oleh lingkungannya. selama percakapan ST terus tertunduk ia tak banyak bicara, selanjutnya ia bercerita jurusan yang ia minati dan mimpinya ke depan.

Pesan saya pada ST, jadilah tulang punggung yang kuat, salah satu alat untuk menguatkan tulang punggung adalah pendidikan jangan sampai menjadi tulang punggung yang rapuh karena akan menghasilkan sesuatu yang mudah roboh. 

"Tujuan Pendidikan itu Untuk Mempertajam Kecerdasan, Memperkukuh Kemauan Serta Memperhalus Perasaan" Tan Malaka


Garut 2022

Kontributor : Wawan Hermawan 

Sabtu, 03 Juni 2023

"Mari kenalkan sikecil pada buku"

 sejarah31.com- Membiasakan membaca buku pada anak tidak bisa secara instan, perkenalan dengan buku harus dimulai sedini mungkin. Perkenalan ini bermaksud untuk membangun minat baca mereka pada buku, banyak sekali penelitian mengenai manfaat membaca buku pada anak, Strouse (2018) dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa buku memberi pengaruh dalam membantu anak-anak untuk memahami, menyesuaikan diri, dan berperan di lingkungan terdekatnya. 

Sedikitnya ada 6 manfaat penting dari buku bagi anak-anak, 

  1. perkembangan berfikir simbolik,
  2. Pemahaman antara fantasi dan kenyataan
  3. penguasaan bunyi, huruf, kata, dan kalimat
  4. keterampilan memecahkan masalah
  5. pemahaman nilai moral
  6. kegembiraan.
ke enam manfaat ini akan dirasakan anak dan juga orang tua jika didekatkan dengan buku dalam kesehariannya, selain itu kita juga sama-sama memahami jika dunia anak-anak adalah dunia main dan bermain banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak terutama yang sedang dalam masa pertumbuhan, lantas apa hubungannya buku dengan bermainnya anak-anak. Bagi anak-anak yang belum bisa membaca perkenalan dengan buku adalah dengan cara yang berbeda mereka akan melihat buku sebagai alat bermain mereka, maka jiga kita salah memberikan buku pada fase perkembangan tersebut maka bisa-bisa buku tersebut hanya akan jadi robekan kertas dan pada akhirnya hanya menjadi sampah.

Selain jenis buku kita juga harus mengenal fase baca pada anak-anak supaya apa yang kita suguhkan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat menurut Jeanne S. Chall, seorang psikolog, pendidik, dan ahli literasi anak usia dini dalam bukunya yang berjudul Stages of Reading Development mengidentifikasi 6 tahap perkembangan membaca ini beserta karakteristik di setiap tahapnya. Proses membaca yang dimaksud bukan hanya pada pengenalan huruf namun juga makna dari setiap bacaan.

Dalam setiap fase membaca terbagi kedalam usia tertentu dengan istilahnya masing-masing berikut tahapan membaca menurut Jeanne S. Chall

1. Pre-Reading (6 bulan - 6 tahun)

Tahap pertama ini disebut dengan pre-reading, dalam tahap ini anak-anak masih dalam tahap belajar sehingga anak-anak akan melakukan kegiatan seolah-olah sedang membaca. Maka pada fase ini anak-anak perlu didampingi karena informasi yang ia serap adalah tiruan dari orang dewasa yang sering membacakan buku untuknya. Secara perlahan anak anak akan mulai mengenal huruf dan juga bentuk dari apa yang sering dibacakan. Pada fase ini anak-anak juga mengenal buku sebagai mainan, sehingga buku-buku bergambar dan tebal lebih disarankan.




2. Initial Reading & Decoding (6-7 tahun)

Pada tahap ini anak-anak sudah pada tahap membaca sesungguhnya, karena di usia ini anak sudah mulai mengenali hubungan antara huruf dan bunyinya (fonologi) serta mulai membaca teks singkat yang terkandung kata-kata sederhana. Agar kemampuan baca anak optimal, sediakan banyak buku cerita sederhana pada anak kemudian mulailah membiarkannya membaca secara mandiri. Fase ini juga keterlibatan orang tua masih sangat berperan karena anak-anak masih membutuhkan bantuan sesekali ketika mereka tidak memahami kata ataupun kalimat baru yang mereka temukan, sehingga orang tua perlu ada dan mendampinginya sesekali orang tua juga perlu membacakan buku bagi anak-anak di usia ini. Jika orang tua memiliki keterbatasan dengan jumlah buku yang dimiliki perpustakaan dapat menjadi solusi, atau menggunakan jejaring internet dengan memanfaatkan buku-buku digital. Beberapa jejaring yang bisa membantu orang tua dalam mengenalkan bacaan pada fase ini. Silahkan Klik tautan di bawah.


3. Confirmation & Fluency (7-8 tahun)

Anak- anak pada usia ini sudah mulai memupuk kemandirian dalam membaca dalam tahap ini sudah dapat memahami konteks dan cerita lebih dalam lagi. Tidak hanya sampai disitu, si anak juga mulai bisa mengaitkan apa yang ia baca dengan apa yang dengan yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya cerita dengan tema pertemanan di sekolah, kegiatan harian di rumah, dan tema-tema lainnya yang dekat dengannya. Pembaca pada usia ini juga dikenal dengan pembaca awal B2, sehingga saat menyuguhkan buku-buku di usia ini biasanya teks bacaannya sudah lebih dari 3 baris. Contoh buku kategori B2 
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
ISBN
978-602-244-928-7
Edisi
1
Penulis
Ana Falesthin T. A.




4. Reading for Learning the New (9-14 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai membaca untuk tujuan mempelajari pengetahuan serta ide baru. orang tua dapat memberikan berbagai jenis bacaan untuk ia baca, mulai dari buku cerita yang lebih panjang, koran, majalah, dan sebagainya. 

5. Multiple Viewpoints (15-17 tahun)

Selanjutnya tahapan perkembangan membaca dari anak-anak menuju remaja di fase ini sejatinya sudah mampu membaca tulisan yang lebih abstrak, kompleks, dan mengandung banyak berbagai perspektif berbeda, diharapkan juga sudah mulai menganalisis dan bersikap kritis terhadap apa yang sedang ia baca. Ajak anak remaja Anda untuk membaca buku dengan bidang ilmu dan tema yang beraneka ragam, agar pengetahuannya semakin bertambah. Posisikan diri anda sebagai rekan diskusi anak anda yang sedang bertumbuh remaja.

6. Construction & Reconstruction (18 tahun ke atas)

Fase ini diharapkan sudah dapat memahami bacaan dengan baik dan bersikap kritis dengan apa yang dibaca. 

Membaca  berfungsi untuk mengintegrasikan pengetahuan yang ia dapatkan dengan pengetahuan orang lain. Seperti di aungkapkan di awal jika kemampuan membaca tidak akan tumbuh dengan sendirinya dan memang harus terus diasah, hal yang sering dilupakan adalah memulai namun tiba-tiba menginginkan hasil yang sama dengan jarak mulai yang berbeda.

"Mari kenalkan sikecil pada buku" 😊

Jumat, 02 Juni 2023

Membuat portofolio digital menggunakan "Google Sites"

 sejarah31.com- Pada era informasi serba cepat portifolio menjadi hal yang sangat penting terutama untuk pengembangan karir. Dalam dunia pendidikan sendiri terutama guru menyusun portofolio merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan, hal tersebut untuk menunjang karir maupun mengamati perkembangan peserta didik.

Portofolio sendiri biasanya merupakan kumpulan tugas-tugas pribadi yang kemudian tersusun rapih untuk dikemudian hari jika dibutuhkan dapat digunakan kembali. Namun portofolio berbentuk fisik hanya dapat dilihat oleh pribadi ataupun orang lain ketika dibutuhkan bahkan tidak jarang hal-hal penting tersebut tercecer, untuk mengatasi permasalahan ini maka membuat portofolio digital menjadi hal cukup penting. portofolio digital ini juga dapat dilihat oleh banyak orang dimanapun mereka berada, tujuannya agar orang-orang dapat melihat kemampuan kita dalam bidang yang sedang kita geluti.

Banyak sekali flatform yang dapat digunakan untuk tujuan pembuatan portofolio digital kita, dari banyaknya flatform yang ada Google Sites adalah salah satu yang cukup mudah untuk di operasikan, bahkan pemerintah pada program Merdeka Belajar menjadikan flatform ini sebagai tugas yang diberikan kepada Calon Guru Penggerak. Hal ini juga ditujukan untuk melihat progres perkembangan Calon Guru Penggerak dalam mempraktikan hasil dari pelatihannya.

Mari mulai ikuti langkah-langkahnya

  • https://sites.google.com/ 
  • jika belum memiliki akun maka silahkan log in (untuk akun belajar.id flatform ini tersedia di pilihan)  
  • Jika sudah maka kita akan disuguhkan beberapa pilihan tema untuk mempermudahnya maka lebih baik pilih tema portofolio

Pilihan Tema

  • setelah anda berada pada tema tersebut kemudian tentukan Tombol Pilihan Halaman pada bagian atas (tombol ini berfungsi agar pembaca dapat melihat bagian-bagian tertentu)


  • jika jumlah halaman kurang maka bisa menambahkanya dengan menekan tombol + pada bagian bawah dan pilih Halaman Baru


  • Sekarang Halaman sudah jadi tinggal mengisinya untuk mengisi halaman-halaman tersebut pastikan sedang ada pada tombol halaman tersebut contoh : sedang mengisi profil pastikan kita sedang bekerja di tombol profil biasanya Halaman yang sedang kita gunakan berwarna lebih gelap atau tebal.




  • Pada setiap halaman yang kamu buat kamu bisa mesisipkan beberapa piture piture ini dapat kamu gunakan untuk menambah link video atau tulisan pdf kita, Pada goole site ini pembuatan foto atau gambar bergeser sudah disedian pada tombol Carousel 
Selamat berkreasi membuat portofolio digital anda. 


CATATAN (Ingatan kolektif dari perjalanan sebagai pengajar tentang peserta didik) - SIBONGSOR

 



sejarah31.com-Kota yang kering dan gersang jalanan lebar mobil-mobil besar melintas lebih sering dari biasanya, pertamakalinya merantau sebagai seorang guru. Berkumpul disatu rumah dengan beberapa teman yang sudah lebih awal merantau ke daerah ini, datang dengan semangat ingin mengajar hampir pupus karena setelah seminggu disini tidak ada respon baik dari beberapa sekolah yang dikunjungi.

Teman-teman tidak banyak merespon keluhan-keluhan yang saya utarakan bekal sudah menipis, namun bukan berarti tanpa solusi, akhirnya teman menyarankan untuk mengajar di sekolah dasar dengan mengandalkan relasi dari orangtuanya, oke saya terima pantang pulang jika layar telah berkembang. 

Sekolah dasar pertama lokasinya cukup jauh dari rumah singgah saya, melewati luasnya sawah dan aliran irigasi yang panjang, dinding tembok yang menghadap ke jalan penuh dengan coretan coretan dari cat kaleng, pagar depannya ompong sebagian. Bertemu dengan rekan-rekan guru, saya ditugasi mengajar di kelas 3 di luar anak-anak menyambut heran kedatangan saya ya anak kecil memang selalu penasaran dengan hal baru.

Masuk dan duduklah saya di kelas dari deretan meja dan kursi saya melihat satu anak yang lebih bongsor dari yang lainnya kemudian saya memperkenalkan diri kepada mereka tidak ada hal rumit yang saya sampaikan karena mereka masih kelas 3. Saya mencoba mendengarkan satu persatu perkenalan mereka nama-nama yang lucu dan sederhana namun penuh harapan dan makna dari orang tua mereka.

Waktu Istihat tiba, saya kembali ke kantor dan mencari tahu tentang anak murid yang terlihat berbeda, bongsor disini bukan pada perawakannya saja tapi pada usianya yang juga berbeda dari teman lainnya. Ternyata ia adalah pesertadidik yang sudah tidak naik kelas karena keterlambatannya dalam membaca seharusnya ia sudah kelas lima namun karena dalam penilaian membaca ia tidak sehabat kawan lainnya akhirnya ia masih berada di kelas 3 dan itupun masih belum bisa menyesuaikan dengan teman lainnya.

Hari berikutnya saya datang dan membawa kepenasaran yang ingin segera terjawab terutama tentang si bongsor. Kegiatan mengamati saya mulai, pengamatan ini bukan hanya fokus pada si bongsor tapi juga pada seisi kelas. Setelah hari kedua dan hari-hari berikutnya saya memilih tetap di kelas saat istirahat. Bukan tanpa alasan memilih di kelas, saya hanya ingin mengetahui prilaku mereka lebih jauh dan membangun kebiasaan baru yaitu berkenalan dengan buku bacaan walaupun buku bacaan di dalam kelas baik fisik maupun usia sudah lapuk.

Saya mulai merapihkanya tanpa mengajak satupun peserta didik tapi mereka berdatangan dan menawarkan diri untuk membantu bahkan anak-anak di luar kelas dipanggil untuk membantu oleh rekan lainnya yang berada di dalam, prilaku mereka membuat saya terkejut dan terharu. setelah selesai bebenah mereka kembali ke tempatnya masing masing, saya menggambil satu buku dari rak tersebut dan membacanya di meja guru kemudian satu persatu anak-anak mengambil buku juga dari rak buku walaupun pada dasarnya mereka belum sepenuhnya bisa memahami apa yang mereka baca, kecuali sebagian anak laki-laki karena mereka sedang asik main bola di luar.

Kegiatan ini terus saya ulangi sampai hampir selurunya anak-anak kelas tiga menyempatkan memegang buku diawal-awal jam istirahat (tidak ada tuntutan dari saya sejauh mana mereka membaca, tertarik dengan buku saja sudah sangat cukup dan membuat saya bahagia), Kecuali si bongsor dia belum tertarik dan lebih sering bermain diluar sampai suatu hari ia membawa mainan dari lilin yang di jual oleh pedagang diluar sekolah. Saya coba mengamati hasilnya ternyata lilin-lilin yang ia susun memiliki bentuk yang sangat menarik tidak hanya bentuk bahkan perpaduan warna menyerupai bentuk aslinya.

Keesokan hari saya membawa beberpa lilin dan membagikannya pada anak-anak, kemudian meminta mereka membuat bentuk buah-buahan beberapa anak kesulitan bahkan beberpa kali bertanya pada saya, namun sibongsor asik menikmati bahkan selain buah-buahan ia juga membentuk pak tani dan bercerita tentang bentuk-bentuk yang ia buat, senyumnya mengembang seraya menunjukan jika ia menang wajahnya begitu gembira saya masih mengingatnya. Bongsor berkeliling ke meja teman-temannya sembari mencoba mengajari satu persatu teman lainnya. Sepertinya membaca bukan garis start seperti anak-anak lainnya dalam belajar, sehingga Bongsor terlihat lelah mengejar ketertinggalan.

Keesokan harinya saya selalu memulai dengan memenuhi kebutuhan bongsor jika teman-temannya membaca ia saya minta menggambar, melihat reaksinya ia memang ada di dunia itu. lambat laun gambar-gambar dan bentuk-bentuk itu saya sulap menjadi huruf-huruf, kata, hingga kalimat. sekarang Bongsor sudah siap dengan garis star yang sama dengan anak lainnya. Sebagai bonus karena ia sudah ada di garis star saya mengatarkannya pulang ke rumah, sampai depan pintu tidak ada sambut riang dari ibu ataupun ayahnya bongsor masuk dan hanya melambaikan tangan pada saya.

Perjalanan saya tidak lama di sini hanya satu bulan tidak ada perpisahan, saya mengakhiri mengajar dengan mengirimi surat pada menteri pendidikan dari alamat yang saya dapat di internet, yang intinya tolong kirimi sekolah itu banyak buku baru. Saya tidak tahu sampai atau tidak surat tersebut, sebagai pengingat terakhir di perjumpaan saya dengan mereka saya meminta mereka menuliskan cita-cita mereka di belakang buku tulis yang mereka miliki. Semoga tulisan itu mereka temukan kelak saat mereka dewasa saat mereka lelah kemudian jadi obat semangat, dan mengingatkan mereka hari-hari panjang yang telah mereka lalui.


Cikampek 2012

Wawan Hermawan