Jumat, 02 Juni 2023

CATATAN (Ingatan kolektif dari perjalanan sebagai pengajar tentang peserta didik) - SIBONGSOR

 



sejarah31.com-Kota yang kering dan gersang jalanan lebar mobil-mobil besar melintas lebih sering dari biasanya, pertamakalinya merantau sebagai seorang guru. Berkumpul disatu rumah dengan beberapa teman yang sudah lebih awal merantau ke daerah ini, datang dengan semangat ingin mengajar hampir pupus karena setelah seminggu disini tidak ada respon baik dari beberapa sekolah yang dikunjungi.

Teman-teman tidak banyak merespon keluhan-keluhan yang saya utarakan bekal sudah menipis, namun bukan berarti tanpa solusi, akhirnya teman menyarankan untuk mengajar di sekolah dasar dengan mengandalkan relasi dari orangtuanya, oke saya terima pantang pulang jika layar telah berkembang. 

Sekolah dasar pertama lokasinya cukup jauh dari rumah singgah saya, melewati luasnya sawah dan aliran irigasi yang panjang, dinding tembok yang menghadap ke jalan penuh dengan coretan coretan dari cat kaleng, pagar depannya ompong sebagian. Bertemu dengan rekan-rekan guru, saya ditugasi mengajar di kelas 3 di luar anak-anak menyambut heran kedatangan saya ya anak kecil memang selalu penasaran dengan hal baru.

Masuk dan duduklah saya di kelas dari deretan meja dan kursi saya melihat satu anak yang lebih bongsor dari yang lainnya kemudian saya memperkenalkan diri kepada mereka tidak ada hal rumit yang saya sampaikan karena mereka masih kelas 3. Saya mencoba mendengarkan satu persatu perkenalan mereka nama-nama yang lucu dan sederhana namun penuh harapan dan makna dari orang tua mereka.

Waktu Istihat tiba, saya kembali ke kantor dan mencari tahu tentang anak murid yang terlihat berbeda, bongsor disini bukan pada perawakannya saja tapi pada usianya yang juga berbeda dari teman lainnya. Ternyata ia adalah pesertadidik yang sudah tidak naik kelas karena keterlambatannya dalam membaca seharusnya ia sudah kelas lima namun karena dalam penilaian membaca ia tidak sehabat kawan lainnya akhirnya ia masih berada di kelas 3 dan itupun masih belum bisa menyesuaikan dengan teman lainnya.

Hari berikutnya saya datang dan membawa kepenasaran yang ingin segera terjawab terutama tentang si bongsor. Kegiatan mengamati saya mulai, pengamatan ini bukan hanya fokus pada si bongsor tapi juga pada seisi kelas. Setelah hari kedua dan hari-hari berikutnya saya memilih tetap di kelas saat istirahat. Bukan tanpa alasan memilih di kelas, saya hanya ingin mengetahui prilaku mereka lebih jauh dan membangun kebiasaan baru yaitu berkenalan dengan buku bacaan walaupun buku bacaan di dalam kelas baik fisik maupun usia sudah lapuk.

Saya mulai merapihkanya tanpa mengajak satupun peserta didik tapi mereka berdatangan dan menawarkan diri untuk membantu bahkan anak-anak di luar kelas dipanggil untuk membantu oleh rekan lainnya yang berada di dalam, prilaku mereka membuat saya terkejut dan terharu. setelah selesai bebenah mereka kembali ke tempatnya masing masing, saya menggambil satu buku dari rak tersebut dan membacanya di meja guru kemudian satu persatu anak-anak mengambil buku juga dari rak buku walaupun pada dasarnya mereka belum sepenuhnya bisa memahami apa yang mereka baca, kecuali sebagian anak laki-laki karena mereka sedang asik main bola di luar.

Kegiatan ini terus saya ulangi sampai hampir selurunya anak-anak kelas tiga menyempatkan memegang buku diawal-awal jam istirahat (tidak ada tuntutan dari saya sejauh mana mereka membaca, tertarik dengan buku saja sudah sangat cukup dan membuat saya bahagia), Kecuali si bongsor dia belum tertarik dan lebih sering bermain diluar sampai suatu hari ia membawa mainan dari lilin yang di jual oleh pedagang diluar sekolah. Saya coba mengamati hasilnya ternyata lilin-lilin yang ia susun memiliki bentuk yang sangat menarik tidak hanya bentuk bahkan perpaduan warna menyerupai bentuk aslinya.

Keesokan hari saya membawa beberpa lilin dan membagikannya pada anak-anak, kemudian meminta mereka membuat bentuk buah-buahan beberapa anak kesulitan bahkan beberpa kali bertanya pada saya, namun sibongsor asik menikmati bahkan selain buah-buahan ia juga membentuk pak tani dan bercerita tentang bentuk-bentuk yang ia buat, senyumnya mengembang seraya menunjukan jika ia menang wajahnya begitu gembira saya masih mengingatnya. Bongsor berkeliling ke meja teman-temannya sembari mencoba mengajari satu persatu teman lainnya. Sepertinya membaca bukan garis start seperti anak-anak lainnya dalam belajar, sehingga Bongsor terlihat lelah mengejar ketertinggalan.

Keesokan harinya saya selalu memulai dengan memenuhi kebutuhan bongsor jika teman-temannya membaca ia saya minta menggambar, melihat reaksinya ia memang ada di dunia itu. lambat laun gambar-gambar dan bentuk-bentuk itu saya sulap menjadi huruf-huruf, kata, hingga kalimat. sekarang Bongsor sudah siap dengan garis star yang sama dengan anak lainnya. Sebagai bonus karena ia sudah ada di garis star saya mengatarkannya pulang ke rumah, sampai depan pintu tidak ada sambut riang dari ibu ataupun ayahnya bongsor masuk dan hanya melambaikan tangan pada saya.

Perjalanan saya tidak lama di sini hanya satu bulan tidak ada perpisahan, saya mengakhiri mengajar dengan mengirimi surat pada menteri pendidikan dari alamat yang saya dapat di internet, yang intinya tolong kirimi sekolah itu banyak buku baru. Saya tidak tahu sampai atau tidak surat tersebut, sebagai pengingat terakhir di perjumpaan saya dengan mereka saya meminta mereka menuliskan cita-cita mereka di belakang buku tulis yang mereka miliki. Semoga tulisan itu mereka temukan kelak saat mereka dewasa saat mereka lelah kemudian jadi obat semangat, dan mengingatkan mereka hari-hari panjang yang telah mereka lalui.


Cikampek 2012

Wawan Hermawan


Baca Juga

Previous Post
Next Post

sejarah31.com adalah web yang dibuat untuk berbagi informasi seputar dunia pendidikan dan sejarah.

0 comments: