Sabtu, 14 Oktober 2023

Berkunjung Ke Museum Geologi (Memaknai Merdeka Belajar)



Berkunjung ke Museum merupakan bagian pembelajaran yang menarik kerena peserta didik dapat mengeksplor banyak hal baru yang mereka lihat namun tidak semua daerah memiliki museum sehingga proses datang ke museum hanya bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat sesekali saja seperti study tour, jika ingin dilakukan setiap saat solusinya melakukan tour secara virtual.

Kunjungan ke museum juga dapat menguatkan profil pelajar pancasila yang menjadi landasan penting dalam konsep Merdeka Belajar sehingga peserta didik dapat memaknai peristiwa penting ini sebagai proses belajar yang menarik dan selalu di ingat lalu apa yang dikuatkan dari pembelajaran kunjunga ke Museum kali ini.

Kegiatan yang telah berlangsung beberapa saat lalu ini tanpa disadari telah menumbuhkan keseluhan  karakter profil pelajar pancasila dari awal proses hingga akhir.

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi terkait proses yang terjadi dari awal hingga akhir, kunjungan museum kali ini dilaksanakan oleh peserta didik kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Cibiuk. Ide ini tercetus dalam materi IPTEK kebetulan letak sekolah dekat dengan Museum tidak terlalu jauh karena ada KA Lokal dari Leuwigoong Garut - ke Stasiun Bandung yang tiket keretanya tidak terlalu memberatkan peserta didik PP Rp.15.000.- Perjalanan ke museum ini terbagi ke dalam dua waktu yang berbeda dan keduanya memiliki cerita unik yang muncul dari gagasan kreatif para peserta didik.


Dari ide tadi kemudian peserta didik mulai merencanakan dan mendiskusikan semua prosesnya guru hanya mendapingi dalam proses meminta ijin, dan merencanakan pembelajaran  pada proses ini  peserta didik melakukan kolaborasi bersama rekan sejawat guru dan pihak terkait, kemudian saling peduli dan berbagi dengan rekan sejawat dalam hal merencakanan menu makan yang nantinya saling melengkapi (karena beberpa siswa ada yang tinggal di PONPES Pondok Pesantren sehingga tidak memungkinkan untuk membawa bekal makanan yang banyak). 

Setelah proses perencanaan terlaksana peserta didik bersiap untuk berangkat, selama perjalanan dari stasiun hingga sampai ke lokasi peserta didik saling menghargai satu sama lain antara penumpang, karena perjalanan kereta menggunakan KA Lokal garut yang menjadi tranportasi pilihan murah meriah dan selalu banyak peminat sehingga gerbong-gerbong kereta selalu penuh. Sesekali pesertadidik terlihat mempersilahkan orang-orang yang baru datang untuk duduk terutama yang menurut mereka prioritas seperti ibu hamil, orang tua dengan Balita, dan Lansia. Bagi saya seorang guru melihat proses seperti ini bagian dari penialaian karakter yang sangat berharga karena dapat menumbuhkan kedewasaan mereka.


Tibalah di Stasiun Bandung Pukul 09.00 WIB, transfortasi menuju ke museum yang memungkinkan hanyalah angkot sehingga peserta didik bersama saya mencari carteran angkot proses negosiasi terjadi antara sopir angkot dan kami sebagai kesepakatan ongkos per orang adalah Rp. 5.000.- sampai ke depan Museum.

KA Lokal Cibatuan


Sesampainya di Museum peserta didik secara bersama-sama membuka bekal mereka untuk makan dan berbagi makanan satu dengan lainnya. Dalam proses ini peserta didik menunjukan Ahlak kepada sesama rekan sejawat dengan saling berbagi dan menghargai satu dengan lainnya. Tibalah masuk kunjungan ke Museum.

Kegiatan yang sangat menarik peserta didik sangat antusias lembar kerja sudah siap di tangan masing-masing mereka mencari tahu tentang tekhnologi pertambangan. Lantai satu hingga lantai 2 mereka lalui dengan penuh keseriusan, antusias yang sama sekali tidak pernah saya lihat di dalam kelas, pada pemberangkatan pertama hal paling menarik saat di museum adalah melihat satu anak yang begitu antusias, padahal dalam keseharian belajarnya ia terlihat biasa saja bahkan seringkali di cap pemalas oleh lingkungannya tapi pada kegiatan ini ia berlari kesana kemari dan beberapa kali menjumpai saya untuk menanyakan hal baru yang ia temukan. Berbeda dengan kunjungan ke dua dengan kelas yang berbeda secara tidak sengaja saya bertemu dengan murid terdahulu saat masih mengajar di kuningan mereka bercerita tentang kegiatan kunjungan museum kepurbakalaan di kuningan yang pernah mereka lakukan bersama saya. 

Dua jam berlalu kunjungan museum sudah berakhir, ini bagian paling seru, saya ceritakan dulu kelompok pertama. Karena kegiatan ini semua diserahkan pada peserta didik jadi semua kegiatannya mereka yang menentukan jadwal kereta pulang pukul 18.55 jadi waktu masih tersisa banyak sekali  kelompok pertama kelas XII IPS 1 merencanakan istirahat di masjid museum hingga matahari tidak terlalu terik dan mereka akan menentukan kemudian. pada kegiatan ini terlihat bagaimana mereka mengelola bosan dengan mengobrol mencari tahu dan berkeliling di luar museum, belajar membaca tanda seperti larangan makan di masjid, dilarang berisik dan lainnya sebagai wujud ke bhinekaan global yang mereka tunjukan.

Menatap Gedung Sate

Matahari mulai meredup, mereka mulai menghitung sisa uang, sebenarnya masih ada beberapa museum di sekitar seperti museum gedung sate dan museum pos namun uang yang mereka bawa tidak cukup sehingga mereka hanya melihat dari luar saja, beberapa anak ada yang berjanji ingin ke sini kembali jika kelak mereka sudah bekerja atau lanjut kulian. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke Stasiun walaupun waktu baru menunjukan pukul 15.30.

Menunggu menjadi ajang kami saling berbagi, banyak hal mendengarkan cerita tentang cita-cita menjadi tukang cukur dan merantau ke Kalimantan, kemudian ada juga yang bercerita rencana pergi ke Jepang atau lanjut kuliah. Namun ada satu hal yang juga tak kalah menariknya terkait perbincangan bagaimana sebagai pesertadidik ingin dihargai dan di dengar oleh sekolah, bagian ini yang menjadi refleksi kita bersama dan proses saling mamahami dan belajar.


Episode Ke 2



Episode ke dua dengan kelas berbeda yaitu kelas XII IPS 2, kelas ini jumlahnya lebih banyak dari kelas sebelumnya di awal saya mengira akan sangat sulit mengatur mereka ternyata saya salah besar perencanaan mereka jauh lebih matang dari kelas sebelumnya😁. Proses berangkat tak jauh berbeda dengan kelas pertama namun karena kelas ini pemberangkatan kedua jadi semuanya telah belajar dari kesalahan pemberangkatan ke 1, hal yang membuat saya terkejut di kelas ini muncul satu orang yang dikelas tidak pernah sama sekali banyak bicara namun selama proses ini berlangsung ia menjadi leader yang sangat hebat dari perencanaan hingga pelaksanaan. 

Kelas ini setelah dari museum geologi memilih untuk pergi ke Alun-alun bandung dan melihat museum KAA, dari Alun-alun Bandung kami jalan kaki sampai ke Stasiun bandung.

Jalan Asia Afrika
Selama kegiatan kunjungan ke Museum ini banyak sekali informasi yang sebelumnya saya sebagai pengajar tidak pernah tahu dan menjadi tahu dari perbincangan-perbincangan kecil selama masa istirahat atau selama berjalan yang membuka mata saya dengan sudut pandang baru tentang mereka semua. Semoga kegiatan ini menjadi momen penting bagi mereka dan dikenang selalu sebagai pembelajaran sepanjang hayat.

Salam dari Pak Wawan Hermawan.😁









Minggu, 08 Oktober 2023

Belajar Sejarah Dengan Google Arts & Culture

 

Menjelajah Borobudur


Sejarah31.com-Sedang bingung mencari konten belajar sejarah yang seru dan menyenangkan, kini penulis ingin berbagi situs yang disediakan oleh google yaitu google Arts & Culture dalam situs ini ada beberapa keseruan yang ditawarkan salah satunya adalah menjelajah ke bangunan atau museum-museum yang ada di hampir seluruh penjuru dunia secara virtual.

Menikmati karya-karya seniman internasional juga menelusuri bangunan-bangunan bersejarah kini bisa dalam hitungan detik. Keseruan situs ini tidak hanya sampai situ saja Google Arts & Culture juga mnyediakan beberapa permainan yang bisa dinikmati oleh pelajar seperti permainan berpetualang dan juga permainan membuat replika karya para seniman.

Jadi tunggu apa lagi ayo bermain dan berpetualang buat ruang-ruang belajar menjadi tempat seru untuk melakukan penjelajahan dan permainan.


Penulis : Wawan Hermawan


Rabu, 09 Agustus 2023

Buku Pelajaran Sejarah Kurikulum Merdeka Kelas XII

 Hallo pembaca semua, buku pelajaran Sejarah kelas XII ini merupakan rujukan dari pemerintah sesuai CP (Capaian Pembelajaran) sehingga dapat digunakan dengan mudah keudian dapat disesuaikan dengan Alur Belajar yang ada dilingkungan belajar masing-masing.

Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknolog

Senin, 24 Juli 2023

Pendakian Gunung

Oleh: Cece Ubaedilah 

Catatan sejarah tentang pendakian gunung sangatlah minim, namun diketahui bahwa melakukan perjalanan panjang melewati hutan hingga ke puncak sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada zaman dahulu. Aktivitas yang dilakukan bukan benar-benar mendaki gunung seperti yang berkembang saat ini, tetapi tujuannya adalah untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan spiritual, kebutuhan makanan, atau untuk melakukan ziarah.

Dok. Pribadi Penulis 
Tanpa disadari, aktivitas tersebut kemudian menjadi hal yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia hingga saat ini, khususnya bagi masyarakat lokal. Menempuh perjalanan yang terbilang cukup jauh, melewati medan yang sulit, ditambah kondisi cuaca yang susah ditebak menjadi hambatan tersendiri. Tetapi dengan niat yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidup, hambatan pun dapat dihadapi dan dilalui.

Sejarah Pendakian Gunung di Dunia

Pada abad 13 dan 14, masih banyak gunung yang tidak bisa dijamah oleh manusia, bahkan masih terisolasi. Hingga pada akhir abad ke-19, Antoine de Ville melakukan pendakian gunung pertama kali di dunia. Tepatnya pada tahun 1492 di Mont Aiguille. Pada saat itu, Antoine de Ville diperintahkan oleh Charles VII, Perancis. Untuk mengukur skala gunung yang belum terjamah manusia, yang kemudian dinamakan Mont Aiguille tersebut.

Dikarenakan pada saat itu kawasan gunung masih kental untuk urusan keagamaan dan penelitian meteorologi, maka tim Antoine berharap bisa bertemu dengan Dewa di puncak gunung. Namun ternyata, mereka hanya menemukan hamparan padang rumput yang luas.

Hingga tahun 1852, kegiatan mendaki gunung merupakan aktivitas akademik. Di mana para ahli berlomba untuk mengukur ketinggian puncak-puncak gunung untuk diteliti. Mereka bahkan takjub ada puncak di Irian Jaya yang terletak di garis khatulistiwa, tetapi terdapat salju di sana.

Beberapa tahun kemudian, kegiatan puncak gunung berubah tujuannya, dari penelitian akademik menjadi ajang olahraga. Hal ini digawangi oleh Alfred Wills yang meletakkan sebuah tanda di Pegunungan Alpen. Yaitu di Puncak Wetterhorn, titik bahwa dialah orang yang menggawangi peristiwa bersejarah tersebut. Lalu pada 1857, sebuah klub pendakian pertama dibentuk di Inggris yang bernama Alpine Club.

Catatan Sejarah Mendaki Gunung di Indonesia

Menurut catatan yang ada, di tahun 1700-an kegiatan menyusuri hutan hingga tebing untuk mencari sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau di Karangbolong-Jawa Tengah pernah dilakukan. Kegiatan tersebut bisa jadi merupakan salah satu awal mula inspirasi kegiatan mendaki gunung di Indonesia. Tempat itu bisa menjadi bukti bahwa masyarakat pada zaman dahulu sudah beraktivitas menyusuri gunung untuk berbagai kebutuhan.

Kemudian semakin berkembangnya waktu, kegiatan mendaki gunung dengan tujuan menikmati alam hingga ke puncak pun muncul dan populer hingga saat ini. Tentunya, perlu dibarengi dengan pengetahuan yang ada, persiapan yang matang, agar perjalanan tetap aman dan nyaman, serta dapat meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.

Tahun 1964 tercatat sebagai tahun terbentuknya kelompok pecinta alam di Indonesia yang dibentuk oleh mahasiswa, yaitu Mapala UI di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Di tahun tersebut, pendakian berhasil dilakukan di Puncak Carstensz dengan ketinggian 4884 mdpl oleh pendaki Jepang beserta 3 ABRI, yaitu Fred Athaboe, Sudarto, dan Suginin yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih. Setelah tahun tersebut, banyak kegiatan pendakian gunung yang dilakukan di gunung-gunung di Indonesia. Hingga pada 1971, Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya Wijaya yang dilakukan oleh anggota Mapala UI serta beberapa orang di luar kelompok.

Meskipun sekarang kegiatan mendaki gunung dilakukan oleh banyak orang, tetapi pendakian gunung tetap merupakan kegiatan yang tidak bisa dilakukan sembarangan. Banyak hal yang harus diperhatikan oleh setiap pendaki, terutama tentang kesiapan fisik. Terlebih ketika gunung yang ditargetkan untuk didaki adalah gunung yang begitu tinggi dengan medan pendakian yang tidak mudah untuk dilalui. Selain kesiapan fisik, peralatan mountaineering yang memadai juga wajib disiapkan.

Sumber :eigeradventure.com