Jumat, 09 Agustus 2024

Desiminasi Budaya Positif (Berbagi Pengetahuan Berkaitan Budaya Positif)

Budaya Positif merupakan materi pamungkas pada modul 1, Beberapa waktu lalu saya berbagi terkait pemahaman modul Guru penggerak. Moda daring saya ambil untuk berbagi agar dapat menjangkau lebih jauh lagi sehingga Konsep merdeka belajar dan budaya positif bisa segera meluas. Komunitas Belajar Sekolah yang baru beberapa hari dibentuk menjadi media perantara tujuannya memulai diskusi diruang virtual tanpa batasan ruang sehingga lebih fleksibel. Tahapan desiminasi dimulai dengan memaparkan materi dan juga pemahaman berkaitan budaya positif, kemudian memulai dengan proses memantik peerta dengan pemahaman mereka mengenai gambar yang disuguhkan yaitu gambar dua binatang sirkus dan 1 pelatih harapannya peserta terpantik untuk berpikir mengenai pendidikan yang hanya menekankan kepatuhan tanpa mementingkan kebiasaan hewan, tentunya dengan artikel penunjang.

Kemudian memberikan pemahaman tentang miskonsepsi teori kontrol menurut dari Dr. William Glasser dalam Control Theory, Selanjutnya memaknai kata Disiplin dari berbagai sudut pandang peserta yang hadir dilanjutkan dengan memaparkan disiplin menurut Diane Gossen yang ia kutip dalam pengertian bahasa yaitu belajar.

Disiplin dalam budaya positif juga harus menyesuaikan dengan Nilai-nilai kebajikan universal, pada umumnya Nilai kebajika Universal sama namun beberapa memiliki situasi lebih kuat dalam kebudayaan lingkungan seseorang, dunia pendidikan kita menyepakati nilai-nilai kebajikan universal tertuang dalam profil pelajar pancasila, tidak sampai disitu saya juga membandingkan dengan nilai kebajikan yang diyakini oleh organisasi atau kelompok lain seperti Indonesian Heritage Fondation.

Dalam menciptakan disiplin positif tentunya perlu juga memahami apa yang memotivasi sesorang melakukan tindakan-tindakan disiplin tersebut apakah hal ini berdasarkan motivasi eksternal atau Internal, hal ini digunakan untuk diagnosis awal sehingga tindakan dalam melakukan disiplin positif berdasar dari nilai luhur pekertinya tanpa paksaan dari luar.

Hukuman, Konsekwensi dan Restitusi untuk memahami ini saya menyuguhkan tabel agar lebih mudah  melihat identitas yang akan dihasilkan ketika menggunakan ke tiga cara tersebut. Hukuman bersifat sepihak sedangkan konsekwensi telah melalui kesepakatan dua belah pihak sedangakan restitusi upaya dalam memunculkan identitas positif pada seseorang. tahapan selanjutnya dapat dilihat dari pemaparan presentasi yang saya buat


Salinan dari deseminasi - Modul 1.4 budaya positif oleh WAWAN HERMAWAN

Sabtu, 10 Februari 2024

Penerapan Model Pembelajaran Gallery Walk Pada Pembelajran Sejarah

     Model pembelajaran merupakan pola yang dibuat oleh seorang pendidik agar kegiatan pembelajaran yang dilakukannya dapat berjalan sesuai rencana yang telah dituliskan sebelumnya dengan pertimbangan hasil evaluasi yang juga sesuai. Menurut Ismail Sukardi menyatakan bahwa model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa. Model pembelajaran yang ideal adalah model yang mengeksplorasi pengalaman belajar efektif, pengalaman belajar yang memungkinkan siswa atau seseorang mengalami atau berbuat secara langsung dan aktif dalam sebuah lingkungan belajarnya.

    Kali ini penulis ingin berbagi pengalaman terkait model pembelajaran Gallery Walk, serta penerapannya dalam pembelajaran sejarah, model pembelajaran ini sudah lama ada  Model Gallery Walk dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Model ini baik digunakan untuk membangun kerja sama kelompok (Cooperative Learning) dan saling memberi apresiasi dan koreksi. Model pembelajaran ini sedang populer saat ini karena digunakan juga dalam pembelajaran guru penggerak.

    Selanjutnya mari kita mulai menyusun pembelajaran gallery walk pada pembelajaran sejarah tema kita kali ini dampak Imperialisme dan kolonialisma bagi bangsa Indonesia Pembelajaran kelas XI Peminatan pada kurikulum 2013 (Tema dapat disesuaikan sesuai kebutuhan).

Proses Pembuatan Karya

    Tahap pertama Guru memberikan penjelasan terlebih dulu mengenai perbedaan Kolonialisme dan imperialisme serta sebab umum terjadinya imperialisme dan kolonialisme sampai ke Indonesia, kemudian peserta didik dibagi kedalam 4 kelompok besar dan membahas tema dengan poin masing-masing. Contoh :

Tema Dampak Imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa Indoneisa dalam bidang ekonomi

Media kali ini yaitu menggunakan kalender bekas (ini bertujuan mengurai biaya pembuatan agar tidak membeli karton) Semua Informasi berkaitan tema tersebut dapat dibuat semenarik mungkin adapun rubrik yang dinilai pada kegiatan ini sebagai berikut : 

Kriteria Penilaian:

1. Ketepatan Tema (20 poin):

   - Sejauh mana kelompok menggambarkan dan menjelaskan dampak kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.

   - Kejelasan pemahaman terhadap perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan.

2. Kreativitas dan Inovasi (20 poin):

   - Sejauh mana kelompok mampu menyajikan ide dan informasi dengan cara yang kreatif.

   - Kesinambungan dan originalitas dalam konsep karya.

3. Ketelitian dan Kedalaman Analisis (20 poin):

   - Kemampuan kelompok untuk menganalisis dampak kolonialisme dan imperialisme secara mendalam.

   - Kedalaman pemahaman terhadap perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia.

4. Kualitas Presentasi (20 poin):

   - Keteraturan dan kelancaran presentasi selama galeri walk.

   - Penguasaan materi dan kemampuan menjelaskan dengan jelas.

5. Interaksi dengan Pengunjung (15 poin):

   - Kemampuan kelompok dalam menjawab pertanyaan dan berinteraksi dengan pengunjung galeri walk.

   - Kesigapan dalam memberikan informasi tambahan dan menjelaskan dengan rinci.

6. Estetika dan Keindahan Visual (15 poin):

   - Penggunaan media visual yang estetis dan mendukung konsep karya.

   - Kejelasan pesan yang disampaikan melalui elemen visual.

Skor Total: 110 poin

Keterangan Tambahan:

- Skor dapat dikurangkan jika ada plagiarisme atau penggunaan materi tanpa atribusi.

- Kebersamaan dan kontribusi setiap anggota kelompok akan diperhatikan.

- Poin tambahan dapat diberikan jika kelompok mampu mengaitkan dampak kolonialisme dan imperialisme dengan kondisi Indonesia saat ini.

Catatan Penting:

Pastikan setiap anggota kelompok memahami dan mampu menjelaskan aspek yang menjadi tanggung jawabnya. Kebersamaan dalam mempersiapkan dan menyajikan karya adalah kunci kesuksesan kelompok.

Semua Aspek ini perlu di impormasikan sebelum proses di mulai, setelah peserta didik memahami betul bagian-bagian ini maka guru siap untuk menjelaskan langkah berikutnya.

Proses Memilah Informasi dan Menuangkan dalam Media

Kelas akan dijadikan ruang gallery dimana setiap kelompok akan diberikan lembar pengamatan kelompok lain, sebagai bahan diskusi pada kelompoknya kemudian anggota kelompok menyiapkan pemapar karya 2 orang untuk menjelaskan hasil karyanya pada mengunjung.


Setelah itu peserta didik dibebaskan untuk menghias hasil karyanya tanpa meninggalkan esensi materinya. Jika proses membuat karya sudah selesai makan pertemuan berikutnya Gallery siap di buka peserta didik memamerkan karyanya pengunjung dibekali dengan lembar kerja contoh lembar kerja dapat di lihat pada bagian bawah




Terimakasih semoga menginspirasi 😀
Kontributor : Wawan Hermawan

Daftar Bacaan :

Ismail Sukardi, Model-Model Pembelajaran Moderen, (Yogyakarta: Tunas Gemilang Press, 2013)

Miftahul Huda, Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 

Selasa, 12 Desember 2023

Menjadi PP (Pengajar Praktik) Teman Belajar CGP (Calon Guru Penggerak) Angkatan 8 Kab.Garut

 " Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. "

Ki Hajar Dewantara


Menemani perjalanan 5 calon Guru penggerak dalam belajar menjadi anugrah tersendiri dalam hidup saya, berada di tengah-tengah guru-guru hebat yang penuh semangat ingin tahu mengenai perubahan kurikulum merdeka serta menyiapkan diri menjadi pemimpin pembelajaran dikemudian hari.

Pertemuan pertama pada Lokakarya Orientasi dalam satu kelas berlangsung kegiatan belajar yang menyenangkan satu dengan lainnya saling berbagi pengetahuan belajar mengajar. Selanjutnya setiap bulan selama 6 bulan saya akan datang ke lokasi para CGP untuk menemani berproses dalam pembelajaran mengenai guru penggerak.

Lokakarya Orientasi

Pembelajaran Calon Guru Penggerak menggunakan model daring melalui LMS dan 3 modul yang harus CGP tuntaskan dalam setiap kali pertemuanya. Alur belajar CGP menggunakan Alur Merdeka (M=mulai dari diri E=Eksplorasi Konsep R=Ruang Kolaborasi D=Demonstrasi Kontekstual E=Elaborasi K=Koneksi Antar Materi A=Aksi Nyata) Pembelajaran daring ini kemudian diperkuat saat pendampingan langsung dan kegiatan Lokakarya.

Mendampingi proses belajar CGP selalu menjadi kenangan tersendiri karena selama 6 bulan di setiap bulannya kami bertemu dua kali saat pendampingan dan juga lokakarya. Pendampingan merupakan kegiatan konfirmasi, berbagi dan belajar CGP dalam setiap pertemuannya tema dan kegiatan berbeda. 

Kelompok CGP yang saya dampingin sebagian besar adalah guru-guru yang telah matang dan berpengalaman dalam dunia pengajaran semangat mereka tidak surut walaupun usia tidak muda lagi dari kelima anggota saya juga merekam semangat anak muda yang juga tak kalah ingin tahu dan berkembang menjembatani pendidikan  yang berpihak pada murid.

Teman? Sepertinya para CGP tumbuh menjadi keluarga karena selama 6 bulan saya merekam senda gurau,  semangat saling mengingatkan, hal demikian tadi semakin erat terlihat tak kala lokakarya berlangsung hingga puncaknya di Panen karya. Semoga semangat seperti ini bukan semangat seremonial belaka namun semangat yang terus terpupuk dan terjaga.

Tiada Loka Tanpa Kerjasama


Refleksi adalah Kunci

Terima Kasih Semoga Perjumpaan kita bukan perjumpaan semu namun perjumpaan bermakna😁


Rabu, 29 November 2023

MENGUBAH FILE PDF, WORD, ATAU POWERPOINT KE DALAM CANVA PENDIDIKAN DAN MENJADIKAN GAWAI MU POINTER

MENGUBAH FILE PDF, WORD, ATAU POWERPOINT KE DALAM CANVA PENDIDIKAN

Canva bukan hanya hadir sebagai aplikasi design grafis yang memudahkan banyak orang, namun banyak fitur yang juga sangat menarik dan dapat digunakan. Tidak hanya design grafis canva juga dapat digunakan untuk membuat web, sejarah31.com pernah membahas pembuatan Web pada postingan sebelumnya.

Pada kesempatan ini, sejarah31.com ingin berbagi mengenai bagaimana file pdf, word atau powerpoint yang kamu miliki agar dapat di edit di Canva dan bisa dijadikan bahan untuk presentasi kapanpun dengan menambahkan banyak elemen menarik yang tidak dimiliki pada dua aplikasi tersebut.

ikuti langkah-langkah berikut

 1. masuk pada situs canva.com log.in menggunakan akun belajar.id atau akun biasa

2. siapkan file yang akan kamu ubah dalam format pdf, word, atau powerpoint

3. unggah pada bagian unggah di pojok sebelaj kanan pada beranda canva mu

4. tunggu prosesnya beberapa saat kini file pdfmu bisa di edit di Canva.


MENJADIKAN GAWAI MU MENJADI POINTER

hal yang tidak kalah menarik pada canva adalah kamu tidak perlu lagi bawa pointer untuk memindahkan slide pada layar yang sedang di tayangkan karena HP mu bisa dijadikan pointer DAN Memindahkan slide dari jarak jauh.

langkah-langkah menjadikan hp mu sebagai pointer pemindah slide Canva

1.  masuk pada situs canva.com log.in menggunakan akun belajar.id atau akun biasa

2.  tampilkan file yang akan di jadikan bahan tayang

3. Kemudian pilih tampilkan pada pojok bagian kanan.

4.  selanjutnya klik tampilkan layar penuh-tampilkan

5. setelah pada layar mu tampil bahan tayang klik titik tiga pada pojok kanan bagian bawah

6. kemudian pilih bagikan remot control


7. Tunggu hingga muncul barcode kemudian scan menggunakan scaner hp (google lens) atau berbagi link

8. Sekarang kamu bisa mengontrol tayanganmu dari jarak jauh 

Selamat mencoba 

Kontributor : Wawan Hermawan

Sabtu, 14 Oktober 2023

Berkunjung Ke Museum Geologi (Memaknai Merdeka Belajar)



Berkunjung ke Museum merupakan bagian pembelajaran yang menarik kerena peserta didik dapat mengeksplor banyak hal baru yang mereka lihat namun tidak semua daerah memiliki museum sehingga proses datang ke museum hanya bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat sesekali saja seperti study tour, jika ingin dilakukan setiap saat solusinya melakukan tour secara virtual.

Kunjungan ke museum juga dapat menguatkan profil pelajar pancasila yang menjadi landasan penting dalam konsep Merdeka Belajar sehingga peserta didik dapat memaknai peristiwa penting ini sebagai proses belajar yang menarik dan selalu di ingat lalu apa yang dikuatkan dari pembelajaran kunjunga ke Museum kali ini.

Kegiatan yang telah berlangsung beberapa saat lalu ini tanpa disadari telah menumbuhkan keseluhan  karakter profil pelajar pancasila dari awal proses hingga akhir.

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi terkait proses yang terjadi dari awal hingga akhir, kunjungan museum kali ini dilaksanakan oleh peserta didik kelas XII IPS SMA Muhammadiyah Cibiuk. Ide ini tercetus dalam materi IPTEK kebetulan letak sekolah dekat dengan Museum tidak terlalu jauh karena ada KA Lokal dari Leuwigoong Garut - ke Stasiun Bandung yang tiket keretanya tidak terlalu memberatkan peserta didik PP Rp.15.000.- Perjalanan ke museum ini terbagi ke dalam dua waktu yang berbeda dan keduanya memiliki cerita unik yang muncul dari gagasan kreatif para peserta didik.


Dari ide tadi kemudian peserta didik mulai merencanakan dan mendiskusikan semua prosesnya guru hanya mendapingi dalam proses meminta ijin, dan merencanakan pembelajaran  pada proses ini  peserta didik melakukan kolaborasi bersama rekan sejawat guru dan pihak terkait, kemudian saling peduli dan berbagi dengan rekan sejawat dalam hal merencakanan menu makan yang nantinya saling melengkapi (karena beberpa siswa ada yang tinggal di PONPES Pondok Pesantren sehingga tidak memungkinkan untuk membawa bekal makanan yang banyak). 

Setelah proses perencanaan terlaksana peserta didik bersiap untuk berangkat, selama perjalanan dari stasiun hingga sampai ke lokasi peserta didik saling menghargai satu sama lain antara penumpang, karena perjalanan kereta menggunakan KA Lokal garut yang menjadi tranportasi pilihan murah meriah dan selalu banyak peminat sehingga gerbong-gerbong kereta selalu penuh. Sesekali pesertadidik terlihat mempersilahkan orang-orang yang baru datang untuk duduk terutama yang menurut mereka prioritas seperti ibu hamil, orang tua dengan Balita, dan Lansia. Bagi saya seorang guru melihat proses seperti ini bagian dari penialaian karakter yang sangat berharga karena dapat menumbuhkan kedewasaan mereka.


Tibalah di Stasiun Bandung Pukul 09.00 WIB, transfortasi menuju ke museum yang memungkinkan hanyalah angkot sehingga peserta didik bersama saya mencari carteran angkot proses negosiasi terjadi antara sopir angkot dan kami sebagai kesepakatan ongkos per orang adalah Rp. 5.000.- sampai ke depan Museum.

KA Lokal Cibatuan


Sesampainya di Museum peserta didik secara bersama-sama membuka bekal mereka untuk makan dan berbagi makanan satu dengan lainnya. Dalam proses ini peserta didik menunjukan Ahlak kepada sesama rekan sejawat dengan saling berbagi dan menghargai satu dengan lainnya. Tibalah masuk kunjungan ke Museum.

Kegiatan yang sangat menarik peserta didik sangat antusias lembar kerja sudah siap di tangan masing-masing mereka mencari tahu tentang tekhnologi pertambangan. Lantai satu hingga lantai 2 mereka lalui dengan penuh keseriusan, antusias yang sama sekali tidak pernah saya lihat di dalam kelas, pada pemberangkatan pertama hal paling menarik saat di museum adalah melihat satu anak yang begitu antusias, padahal dalam keseharian belajarnya ia terlihat biasa saja bahkan seringkali di cap pemalas oleh lingkungannya tapi pada kegiatan ini ia berlari kesana kemari dan beberapa kali menjumpai saya untuk menanyakan hal baru yang ia temukan. Berbeda dengan kunjungan ke dua dengan kelas yang berbeda secara tidak sengaja saya bertemu dengan murid terdahulu saat masih mengajar di kuningan mereka bercerita tentang kegiatan kunjungan museum kepurbakalaan di kuningan yang pernah mereka lakukan bersama saya. 

Dua jam berlalu kunjungan museum sudah berakhir, ini bagian paling seru, saya ceritakan dulu kelompok pertama. Karena kegiatan ini semua diserahkan pada peserta didik jadi semua kegiatannya mereka yang menentukan jadwal kereta pulang pukul 18.55 jadi waktu masih tersisa banyak sekali  kelompok pertama kelas XII IPS 1 merencanakan istirahat di masjid museum hingga matahari tidak terlalu terik dan mereka akan menentukan kemudian. pada kegiatan ini terlihat bagaimana mereka mengelola bosan dengan mengobrol mencari tahu dan berkeliling di luar museum, belajar membaca tanda seperti larangan makan di masjid, dilarang berisik dan lainnya sebagai wujud ke bhinekaan global yang mereka tunjukan.

Menatap Gedung Sate

Matahari mulai meredup, mereka mulai menghitung sisa uang, sebenarnya masih ada beberapa museum di sekitar seperti museum gedung sate dan museum pos namun uang yang mereka bawa tidak cukup sehingga mereka hanya melihat dari luar saja, beberapa anak ada yang berjanji ingin ke sini kembali jika kelak mereka sudah bekerja atau lanjut kulian. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke Stasiun walaupun waktu baru menunjukan pukul 15.30.

Menunggu menjadi ajang kami saling berbagi, banyak hal mendengarkan cerita tentang cita-cita menjadi tukang cukur dan merantau ke Kalimantan, kemudian ada juga yang bercerita rencana pergi ke Jepang atau lanjut kuliah. Namun ada satu hal yang juga tak kalah menariknya terkait perbincangan bagaimana sebagai pesertadidik ingin dihargai dan di dengar oleh sekolah, bagian ini yang menjadi refleksi kita bersama dan proses saling mamahami dan belajar.


Episode Ke 2



Episode ke dua dengan kelas berbeda yaitu kelas XII IPS 2, kelas ini jumlahnya lebih banyak dari kelas sebelumnya di awal saya mengira akan sangat sulit mengatur mereka ternyata saya salah besar perencanaan mereka jauh lebih matang dari kelas sebelumnya😁. Proses berangkat tak jauh berbeda dengan kelas pertama namun karena kelas ini pemberangkatan kedua jadi semuanya telah belajar dari kesalahan pemberangkatan ke 1, hal yang membuat saya terkejut di kelas ini muncul satu orang yang dikelas tidak pernah sama sekali banyak bicara namun selama proses ini berlangsung ia menjadi leader yang sangat hebat dari perencanaan hingga pelaksanaan. 

Kelas ini setelah dari museum geologi memilih untuk pergi ke Alun-alun bandung dan melihat museum KAA, dari Alun-alun Bandung kami jalan kaki sampai ke Stasiun bandung.

Jalan Asia Afrika
Selama kegiatan kunjungan ke Museum ini banyak sekali informasi yang sebelumnya saya sebagai pengajar tidak pernah tahu dan menjadi tahu dari perbincangan-perbincangan kecil selama masa istirahat atau selama berjalan yang membuka mata saya dengan sudut pandang baru tentang mereka semua. Semoga kegiatan ini menjadi momen penting bagi mereka dan dikenang selalu sebagai pembelajaran sepanjang hayat.

Salam dari Pak Wawan Hermawan.😁









Minggu, 08 Oktober 2023

Belajar Sejarah Dengan Google Arts & Culture

 

Menjelajah Borobudur


Sejarah31.com-Sedang bingung mencari konten belajar sejarah yang seru dan menyenangkan, kini penulis ingin berbagi situs yang disediakan oleh google yaitu google Arts & Culture dalam situs ini ada beberapa keseruan yang ditawarkan salah satunya adalah menjelajah ke bangunan atau museum-museum yang ada di hampir seluruh penjuru dunia secara virtual.

Menikmati karya-karya seniman internasional juga menelusuri bangunan-bangunan bersejarah kini bisa dalam hitungan detik. Keseruan situs ini tidak hanya sampai situ saja Google Arts & Culture juga mnyediakan beberapa permainan yang bisa dinikmati oleh pelajar seperti permainan berpetualang dan juga permainan membuat replika karya para seniman.

Jadi tunggu apa lagi ayo bermain dan berpetualang buat ruang-ruang belajar menjadi tempat seru untuk melakukan penjelajahan dan permainan.


Penulis : Wawan Hermawan


Senin, 24 Juli 2023

Pendakian Gunung

Oleh: Cece Ubaedilah 

Catatan sejarah tentang pendakian gunung sangatlah minim, namun diketahui bahwa melakukan perjalanan panjang melewati hutan hingga ke puncak sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada zaman dahulu. Aktivitas yang dilakukan bukan benar-benar mendaki gunung seperti yang berkembang saat ini, tetapi tujuannya adalah untuk kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan spiritual, kebutuhan makanan, atau untuk melakukan ziarah.

Dok. Pribadi Penulis 
Tanpa disadari, aktivitas tersebut kemudian menjadi hal yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia hingga saat ini, khususnya bagi masyarakat lokal. Menempuh perjalanan yang terbilang cukup jauh, melewati medan yang sulit, ditambah kondisi cuaca yang susah ditebak menjadi hambatan tersendiri. Tetapi dengan niat yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidup, hambatan pun dapat dihadapi dan dilalui.

Sejarah Pendakian Gunung di Dunia

Pada abad 13 dan 14, masih banyak gunung yang tidak bisa dijamah oleh manusia, bahkan masih terisolasi. Hingga pada akhir abad ke-19, Antoine de Ville melakukan pendakian gunung pertama kali di dunia. Tepatnya pada tahun 1492 di Mont Aiguille. Pada saat itu, Antoine de Ville diperintahkan oleh Charles VII, Perancis. Untuk mengukur skala gunung yang belum terjamah manusia, yang kemudian dinamakan Mont Aiguille tersebut.

Dikarenakan pada saat itu kawasan gunung masih kental untuk urusan keagamaan dan penelitian meteorologi, maka tim Antoine berharap bisa bertemu dengan Dewa di puncak gunung. Namun ternyata, mereka hanya menemukan hamparan padang rumput yang luas.

Hingga tahun 1852, kegiatan mendaki gunung merupakan aktivitas akademik. Di mana para ahli berlomba untuk mengukur ketinggian puncak-puncak gunung untuk diteliti. Mereka bahkan takjub ada puncak di Irian Jaya yang terletak di garis khatulistiwa, tetapi terdapat salju di sana.

Beberapa tahun kemudian, kegiatan puncak gunung berubah tujuannya, dari penelitian akademik menjadi ajang olahraga. Hal ini digawangi oleh Alfred Wills yang meletakkan sebuah tanda di Pegunungan Alpen. Yaitu di Puncak Wetterhorn, titik bahwa dialah orang yang menggawangi peristiwa bersejarah tersebut. Lalu pada 1857, sebuah klub pendakian pertama dibentuk di Inggris yang bernama Alpine Club.

Catatan Sejarah Mendaki Gunung di Indonesia

Menurut catatan yang ada, di tahun 1700-an kegiatan menyusuri hutan hingga tebing untuk mencari sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau di Karangbolong-Jawa Tengah pernah dilakukan. Kegiatan tersebut bisa jadi merupakan salah satu awal mula inspirasi kegiatan mendaki gunung di Indonesia. Tempat itu bisa menjadi bukti bahwa masyarakat pada zaman dahulu sudah beraktivitas menyusuri gunung untuk berbagai kebutuhan.

Kemudian semakin berkembangnya waktu, kegiatan mendaki gunung dengan tujuan menikmati alam hingga ke puncak pun muncul dan populer hingga saat ini. Tentunya, perlu dibarengi dengan pengetahuan yang ada, persiapan yang matang, agar perjalanan tetap aman dan nyaman, serta dapat meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.

Tahun 1964 tercatat sebagai tahun terbentuknya kelompok pecinta alam di Indonesia yang dibentuk oleh mahasiswa, yaitu Mapala UI di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Di tahun tersebut, pendakian berhasil dilakukan di Puncak Carstensz dengan ketinggian 4884 mdpl oleh pendaki Jepang beserta 3 ABRI, yaitu Fred Athaboe, Sudarto, dan Suginin yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih. Setelah tahun tersebut, banyak kegiatan pendakian gunung yang dilakukan di gunung-gunung di Indonesia. Hingga pada 1971, Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya Wijaya yang dilakukan oleh anggota Mapala UI serta beberapa orang di luar kelompok.

Meskipun sekarang kegiatan mendaki gunung dilakukan oleh banyak orang, tetapi pendakian gunung tetap merupakan kegiatan yang tidak bisa dilakukan sembarangan. Banyak hal yang harus diperhatikan oleh setiap pendaki, terutama tentang kesiapan fisik. Terlebih ketika gunung yang ditargetkan untuk didaki adalah gunung yang begitu tinggi dengan medan pendakian yang tidak mudah untuk dilalui. Selain kesiapan fisik, peralatan mountaineering yang memadai juga wajib disiapkan.

Sumber :eigeradventure.com


Sabtu, 03 Juni 2023

"Mari kenalkan sikecil pada buku"

 sejarah31.com- Membiasakan membaca buku pada anak tidak bisa secara instan, perkenalan dengan buku harus dimulai sedini mungkin. Perkenalan ini bermaksud untuk membangun minat baca mereka pada buku, banyak sekali penelitian mengenai manfaat membaca buku pada anak, Strouse (2018) dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa buku memberi pengaruh dalam membantu anak-anak untuk memahami, menyesuaikan diri, dan berperan di lingkungan terdekatnya. 

Sedikitnya ada 6 manfaat penting dari buku bagi anak-anak, 

  1. perkembangan berfikir simbolik,
  2. Pemahaman antara fantasi dan kenyataan
  3. penguasaan bunyi, huruf, kata, dan kalimat
  4. keterampilan memecahkan masalah
  5. pemahaman nilai moral
  6. kegembiraan.
ke enam manfaat ini akan dirasakan anak dan juga orang tua jika didekatkan dengan buku dalam kesehariannya, selain itu kita juga sama-sama memahami jika dunia anak-anak adalah dunia main dan bermain banyak sekali manfaatnya bagi anak-anak terutama yang sedang dalam masa pertumbuhan, lantas apa hubungannya buku dengan bermainnya anak-anak. Bagi anak-anak yang belum bisa membaca perkenalan dengan buku adalah dengan cara yang berbeda mereka akan melihat buku sebagai alat bermain mereka, maka jiga kita salah memberikan buku pada fase perkembangan tersebut maka bisa-bisa buku tersebut hanya akan jadi robekan kertas dan pada akhirnya hanya menjadi sampah.

Selain jenis buku kita juga harus mengenal fase baca pada anak-anak supaya apa yang kita suguhkan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat menurut Jeanne S. Chall, seorang psikolog, pendidik, dan ahli literasi anak usia dini dalam bukunya yang berjudul Stages of Reading Development mengidentifikasi 6 tahap perkembangan membaca ini beserta karakteristik di setiap tahapnya. Proses membaca yang dimaksud bukan hanya pada pengenalan huruf namun juga makna dari setiap bacaan.

Dalam setiap fase membaca terbagi kedalam usia tertentu dengan istilahnya masing-masing berikut tahapan membaca menurut Jeanne S. Chall

1. Pre-Reading (6 bulan - 6 tahun)

Tahap pertama ini disebut dengan pre-reading, dalam tahap ini anak-anak masih dalam tahap belajar sehingga anak-anak akan melakukan kegiatan seolah-olah sedang membaca. Maka pada fase ini anak-anak perlu didampingi karena informasi yang ia serap adalah tiruan dari orang dewasa yang sering membacakan buku untuknya. Secara perlahan anak anak akan mulai mengenal huruf dan juga bentuk dari apa yang sering dibacakan. Pada fase ini anak-anak juga mengenal buku sebagai mainan, sehingga buku-buku bergambar dan tebal lebih disarankan.




2. Initial Reading & Decoding (6-7 tahun)

Pada tahap ini anak-anak sudah pada tahap membaca sesungguhnya, karena di usia ini anak sudah mulai mengenali hubungan antara huruf dan bunyinya (fonologi) serta mulai membaca teks singkat yang terkandung kata-kata sederhana. Agar kemampuan baca anak optimal, sediakan banyak buku cerita sederhana pada anak kemudian mulailah membiarkannya membaca secara mandiri. Fase ini juga keterlibatan orang tua masih sangat berperan karena anak-anak masih membutuhkan bantuan sesekali ketika mereka tidak memahami kata ataupun kalimat baru yang mereka temukan, sehingga orang tua perlu ada dan mendampinginya sesekali orang tua juga perlu membacakan buku bagi anak-anak di usia ini. Jika orang tua memiliki keterbatasan dengan jumlah buku yang dimiliki perpustakaan dapat menjadi solusi, atau menggunakan jejaring internet dengan memanfaatkan buku-buku digital. Beberapa jejaring yang bisa membantu orang tua dalam mengenalkan bacaan pada fase ini. Silahkan Klik tautan di bawah.


3. Confirmation & Fluency (7-8 tahun)

Anak- anak pada usia ini sudah mulai memupuk kemandirian dalam membaca dalam tahap ini sudah dapat memahami konteks dan cerita lebih dalam lagi. Tidak hanya sampai disitu, si anak juga mulai bisa mengaitkan apa yang ia baca dengan apa yang dengan yang ia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya cerita dengan tema pertemanan di sekolah, kegiatan harian di rumah, dan tema-tema lainnya yang dekat dengannya. Pembaca pada usia ini juga dikenal dengan pembaca awal B2, sehingga saat menyuguhkan buku-buku di usia ini biasanya teks bacaannya sudah lebih dari 3 baris. Contoh buku kategori B2 
Penerbit
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
ISBN
978-602-244-928-7
Edisi
1
Penulis
Ana Falesthin T. A.




4. Reading for Learning the New (9-14 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai membaca untuk tujuan mempelajari pengetahuan serta ide baru. orang tua dapat memberikan berbagai jenis bacaan untuk ia baca, mulai dari buku cerita yang lebih panjang, koran, majalah, dan sebagainya. 

5. Multiple Viewpoints (15-17 tahun)

Selanjutnya tahapan perkembangan membaca dari anak-anak menuju remaja di fase ini sejatinya sudah mampu membaca tulisan yang lebih abstrak, kompleks, dan mengandung banyak berbagai perspektif berbeda, diharapkan juga sudah mulai menganalisis dan bersikap kritis terhadap apa yang sedang ia baca. Ajak anak remaja Anda untuk membaca buku dengan bidang ilmu dan tema yang beraneka ragam, agar pengetahuannya semakin bertambah. Posisikan diri anda sebagai rekan diskusi anak anda yang sedang bertumbuh remaja.

6. Construction & Reconstruction (18 tahun ke atas)

Fase ini diharapkan sudah dapat memahami bacaan dengan baik dan bersikap kritis dengan apa yang dibaca. 

Membaca  berfungsi untuk mengintegrasikan pengetahuan yang ia dapatkan dengan pengetahuan orang lain. Seperti di aungkapkan di awal jika kemampuan membaca tidak akan tumbuh dengan sendirinya dan memang harus terus diasah, hal yang sering dilupakan adalah memulai namun tiba-tiba menginginkan hasil yang sama dengan jarak mulai yang berbeda.

"Mari kenalkan sikecil pada buku" 😊

Jumat, 02 Juni 2023

Membuat portofolio digital menggunakan "Google Sites"

 sejarah31.com- Pada era informasi serba cepat portifolio menjadi hal yang sangat penting terutama untuk pengembangan karir. Dalam dunia pendidikan sendiri terutama guru menyusun portofolio merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan, hal tersebut untuk menunjang karir maupun mengamati perkembangan peserta didik.

Portofolio sendiri biasanya merupakan kumpulan tugas-tugas pribadi yang kemudian tersusun rapih untuk dikemudian hari jika dibutuhkan dapat digunakan kembali. Namun portofolio berbentuk fisik hanya dapat dilihat oleh pribadi ataupun orang lain ketika dibutuhkan bahkan tidak jarang hal-hal penting tersebut tercecer, untuk mengatasi permasalahan ini maka membuat portofolio digital menjadi hal cukup penting. portofolio digital ini juga dapat dilihat oleh banyak orang dimanapun mereka berada, tujuannya agar orang-orang dapat melihat kemampuan kita dalam bidang yang sedang kita geluti.

Banyak sekali flatform yang dapat digunakan untuk tujuan pembuatan portofolio digital kita, dari banyaknya flatform yang ada Google Sites adalah salah satu yang cukup mudah untuk di operasikan, bahkan pemerintah pada program Merdeka Belajar menjadikan flatform ini sebagai tugas yang diberikan kepada Calon Guru Penggerak. Hal ini juga ditujukan untuk melihat progres perkembangan Calon Guru Penggerak dalam mempraktikan hasil dari pelatihannya.

Mari mulai ikuti langkah-langkahnya

  • https://sites.google.com/ 
  • jika belum memiliki akun maka silahkan log in (untuk akun belajar.id flatform ini tersedia di pilihan)  
  • Jika sudah maka kita akan disuguhkan beberapa pilihan tema untuk mempermudahnya maka lebih baik pilih tema portofolio

Pilihan Tema

  • setelah anda berada pada tema tersebut kemudian tentukan Tombol Pilihan Halaman pada bagian atas (tombol ini berfungsi agar pembaca dapat melihat bagian-bagian tertentu)


  • jika jumlah halaman kurang maka bisa menambahkanya dengan menekan tombol + pada bagian bawah dan pilih Halaman Baru


  • Sekarang Halaman sudah jadi tinggal mengisinya untuk mengisi halaman-halaman tersebut pastikan sedang ada pada tombol halaman tersebut contoh : sedang mengisi profil pastikan kita sedang bekerja di tombol profil biasanya Halaman yang sedang kita gunakan berwarna lebih gelap atau tebal.




  • Pada setiap halaman yang kamu buat kamu bisa mesisipkan beberapa piture piture ini dapat kamu gunakan untuk menambah link video atau tulisan pdf kita, Pada goole site ini pembuatan foto atau gambar bergeser sudah disedian pada tombol Carousel 
Selamat berkreasi membuat portofolio digital anda.